"Dengan keterlambatan, kertas yang jelek, penundaan ini yang dirugikan adalah psikologi dan waktu. Ini juga menjadi stres nasional. Anaknya stres, ibu dan bapak stres, gurunya stres, kadisnya stres. Jadilah stres nasional," ujar Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait kepada detikcom, Selasa (23/4/2013).
Arist melihat kendala-kendala yang banyak mengadang pelaksanaan UN tahun ini merupakan bentuk kegagalan UN. Menurutnya, bukan hanya perusahaan percetakan, namun pemerintah sebagai penyelenggara harus bertanggungjawab.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arist mengatakan bahwa pelaksanaan UN tahun ini adalah yang terburuk jika dilihat dari penundaannya yang terjadi di banyak daerah.
"Penundaannya bukan hanya sehari dua hari, yang tipis lah, harus foto copy dulu. Ya akui saja kalau memang gagal," jelasnya.
Selain menjadi stres nasional, Arist menilai UN selalu menimbulkan situasi yang mencekam bagi para murid. Sebagai bukti adalah kegiatan istigosah atau doa bersama yang banyak digelar di sekolah-sekolah. Hal itu menurut Arist menunjukkan bahwa persiapan-persiapan UN berakibat pada psikologis siswa.
Untuk itu Arist berpendapat bahwa sebaiknya UN tidak lagi digunakan sebagai satu-satunya penentu kelulusan. Namun hanya sebatas sebagai pemetaan untuk melihat kualitas siswa.
"Tim investigasi (kendala UN) harus dibentuk sesuai dengan permintaan menteri demi penegakan hak pendidikan anak," tegasnya.
(sip/rmd)