Kepala Sekolah MTs Yaketunis, Agus Suryanto mengatakan, masalah pertama adalah tidak disediakanya Lembar Jawab Ujian Nasional untuk soal braile. Pihak sekolahpun kemudian hanya menyediakan kertas HVS seadanya.
"Lembar jawab soal braile ini tidak ada dalam paket yang dikirimkan," kata Agus, di Yogyakarta, Senin (22/4/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nanti ada panitia sendiri yang akan memindahkan. Dari HVS ke lembar jawab komputer," ujar Kepala Dinas Pendidikan DIY Baskoro Aji ketika ditemui dalam kesempatan terpisah.
Masalah lainya, adalah soal untuk pengawas ternyata berbeda dengan yang dipegang oleh siswa. Ini ditemukan, saat salah seorang siswa menanyakan soal yang tidak jelas kepada pengawas.
“Biasanya siswa dirugikan dengan masalah-masalah seperti ini. Meski para siswa tetap mengerjakan soal yang diberikan,” kata Agus Suryanto.
Saifudin Fajar Almajadid(15), siswa tuna netra MTs Yaketunis ini pertamakali bertanya kepada pengawas kerena cetakan soal yang dirasa tidak jelas. Tetapi ternyata soal yang dipegang pengawas ternyata berbeda yang terimanya.
“Saya tanya soal no 46, karena kurang jelas. Mungkin karena printernya yang tidak jelas,”kata Syaifudin.
Menurutnya, untuk soal Bahasa Indonesia yang dikerjakan hari ini, soalnya banyak yang mengecoh dan secara umum membingungkan.
Di MTs Yaketunis sendiri peserta UN sebanyak 8 siswa tuna netra. Satu siswa menderita Disgrafia sehingga disendirikan diruang khusus. Sementara satu siswa tidak ikut UN karena sakit.
(fjr/fjp)