"Katanya UN mau dibubarkan ya, Pak? Kita berjuang belajar selama tiga tahun, tapi ditentukan hanya dalam beberapa hari dalam UN," tanya siswi kelas XI SMA 2 Palangkaraya, Putri, di SMA 1 Palangkaraya, Jl AIS Nasution, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Sabtu (20/4/2013).
Pertanyaan itu disampaikan setelah Gubernur Kalimantan Tengah, Agustin Teras Narang membuka kesempatan bagi siswa untuk bertanya kepada Boediono atau M Nuh. Dari atas panggung, M Nuh menjawab.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, mantan rektor ITS ini merujuk pada uraian Boediono sebelumnya, bahwa ujian negara itu sudah ada sejak zaman Nabi Konghucu, 2500 tahun lalu.
"Kata Pak Konfusius, nggak ada ceritanya sekolah nggak pakai ujian. Jadi, tetap pakai ujian," tegasnya.
Nuh menjelaskan, UN bukan satu-satunya komponen penentu kelulusan siswa. UN menempati 60 persen penentu. 40 persen sisanya adalah komponen penyelesaian program pendidikan, serta harus lulus ujian sekolah.
Nuh menasihati Putri agar tak perlu khawatir menghadapi UN, kelak. Nuh mengatakan, banyak permasalahan di kehidupan yang ditentukan hanya oleh sedikit bagian dari rangkaian perjuangan. Contohnya sepakbola, kemenangan bisa ditentukan di menit terakhir.
"Banyak perkara yang ketentuannya ditentukan dalam waktu hanya satu menit saja, bisa merubah smuanya. Persis seperti pertandingan sepak bola. Meski menang, menang, menang, tapi terakhir kena penalti, ya jadi selesai," ucapnya beranalogi.
(dnu/rvk)