Seperti dilansir di ABC News, Sabtu (20/4/2013) Anzor Tsarnaev mengatakan selama beberapa minggu terakhir ia sempat berkomunikasi dengan anaknya. Ia sempat mengkhawatirkan kondisi anaknya pasca ledakan bom di Boston. Namun saat itu sang anak malah berbalik menenangkan ayahnya,
"Semuanya baik, Ayah. Semuanya sangat baik," tirunya,
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika mereka membunuh anak kedua saya, saya akan tahu bahwa itu adalah pekerjaan orang dalam. Polisi yang harus disalahkan," katanya.
Anzor Tsarnaev mengatakan bahwa anak-anaknya tidak mungkin dapat dikendalikan oleh orang lain. Ia mengatakan keduanya merupakan seorang anak yang baik dan tidak memiliki pengetahuan tentang senjata atau bahan peledak.
"Sang ayah mengatakan dua putrinya, usia 22 dan 24, tinggal di satu tempat di West New York, AS," tandasnya.
Sebelumnya Biro Investigasi Federal Amerika Serikat, FBI serta aparat penegak hukum AS lainnya, tengah melakukan operasi pengejaran besar-besaran terhadap tersangka pengeboman Boston Marathon. Tersangka kedua ini masih terus diburu, sementara tersangka pertama telah tewas dalam baku tembak dengan aparat AS.
Menurut sumber seperti dikutip NBC News, tersangka kedua yang sedang diburu bernama Dzhokhar A Tsarnaev, berumur 19 tahun. Dia dan kakak laki-lakinya, yang tewas dalam baku tembak dengan polisi beberapa jam lalu, merupakan permanent resident di AS. Keduanya berasal dari Chechnya dan telah tinggal di AS selama setidaknya satu tahun. Mereka diketahui tinggal di Cambridge, Massachusetts.
Seperti dilansir FBI dalam situs resminya, dua tersangka tersebut tertangkap kamera ketika berada di persimpangan jalan antara Boylston dan Gloucester. Lokasi tersebut cukup dekat dengan garis finish event Boston Marathon. Dari foto yang dirilis FBI, diketahui keduanya berkulit putih dan merupakan dua pria muda. Dua orang tersebut sama-sama menggendong ransel yang diyakini berisikan bom. Tersangka pertama mengenakan topi bisbol hitam sedangkan tersangka kedua mengenakan topi berwana putih.
(edo/mpr)