"Sebenarnya warga mau harganya berapa?" kata Jokowi kepada warga setempat yang diwakili Ketua RW 6, Ahmad, di Kelurahan Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Jumat (19/4/2013).
"Kami tidak bicara angka dulu. Kami mengajak Bapak musyawarah dengan kami," jawab Ahmad.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahmad malah meminta Jokowi melihat dengan seksama wilayahnya untuk menentukan harga lahan. Warga Petukangan merupakan penduduk asli setempat dan telah menetap bertahun-tahun di wilayah tersebut.
"Artinya kami biasa kerja, dan akan kehilangan kerjaan. Anak kami sekolah harus pindah. Di daerah kami saja untuk sekolah dari TK sampai S3 saja sudah ada. Wilayah kami tidak pernah banjir. Tidak akan pernah banjir. artinya kalau banjir itu tanda-tanda sudah kiamat, Pak," papar Ahmad panjang lebar.
Dengan kondisi itu, menurut Ahmad, wilayah di Petukangan bisa dibilang strategis dan ekonomis. "Tentunya Bapak bisa menilai, bisa memperkirakan," ujar dia.
Jokowi kemudian menanggapi keluh kesah warganya itu. "Kalau gitu, minggu depan. Nanti warga bicara dulu dengan warga yang kena terus nanti kita ketemu tanggal 24 April hari Rabu, jam terserah pagi siang terserah. Nanti kita makan ajalah di mana, di rumah makan saja, makan-makan," kata Jokowi.
"Apalagi yang mau disampaikan?" kata Jokowi lagi.
Warga Petukangan sepertinya sedikit bisa berlega hati. Mereka tidak mengajukan pertanyaan lagi dan seolah puas dan setuju dengan solusi Jokowi tersebut.
"Kalau harga ini kan rembukan dulu dengan perwakilan yang ada. Nanti Rabu kalau sudah sambung tentukan ya. Oke... sudah ya Rabu. Sebelum ketemu ngomong dulu antar warga, nanti kita ketemu sudah matang," kata Jokowi yang berseragam Betawi itu.
"Iyaaaa....Pak. Kami warga Petukangan mendukung Bapak sepenuhnya!" teriak warga kompak.
Jokowi menilai protes warga Petukangan terhadap rencana pembangunan tol sebatas masalah komunikasi. Ia berharap warga Petukangan tidak merasa dirugikan dan tetap senang.
(aan/nrl)