Kemacetan menggila menjadi batu ujian warga Jakarta, utamanya pada Rabu-Kamis (17-18 April 2013). Saling sodok dan umpatan pengendara tidak bisa menghilangkan horor macet yang menghantui.
Mengurai kemacetan Ibu Kota tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan proses dan waktu nan panjang untuk menaklukkannya. Jokowi terus berupaya mencari terobosan yang jitu dan mengatasi kemacetan yang sudah sejak dulu ada ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Kita Belajar Sabar
|
"Ya beberapa yang saya sampaikan, itu kan butuh waktu. Kita ini belajar sabar, perlu proses, perlu waktu," kata Jokowi singkat di Gedung Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (18/4/2013).
Kemacetan ini diakibatkan genangan air dan banjir yang melanda sejumlah kawasan di titik-titik rawan macet dan banjir.
2. Ada Genangan Air ya Macet
|
"Ya kalau liburan panjang seperti itu. Pas ada genangan ya Jakarta seperti itu. Butuh proses untuk menyelesaikan," kata Jokowi di Twin Plaza, Jl Gatot Subroto, Jaksel, Sabtu (22/12/2012).
Pada 21 Desember malam, kemacetan terjadi begitu parah di sejumlah ruas jalan protokol di Jakarta. Selain di pusat kota seperti di Jl Thamrin-Sudirman serta Rasuna Said, kemacetan juga terjadi di jalan-jalan yang mengarah ke luar kota seperti ke Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Kebetulan, Jumat malam juga menjadi awal dari libur panjang lantaran instansi pemerintah dan hampir sebagian instansi swasta memberikan cuti bersama pada Senin (24/12) dan juga tanggal merah untuk Selasa (25) karena merupakan hari raya natal.
3. Tidak Saling Sodok, Ramai ya Nunggu
|
"Sekarang ini yang paling penting adalah perilaku dan budaya tertib berlalu lintas. Paling penting!" ujar Jokowi di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (21/12/2012).
Jokowi menilai, budaya tertib berlalu lintas masyarakat dapat mengurangi kemacetan 30-40 persen. Budaya sabar juga harus diutamakan.
"Di perempatan tidak saling sodok. Tapi kalau ramai ya nunggu, sehingga orang yang lewat diberi misalnya anu terlebih dahulu," kata Jokowi yang mengenakan kemeja putih dan sandal jepit ini.
Eks Walikota Solo ini menuturkan budaya tertib masyarakat harus dimulai dari hal yang kecil. Sopir-sopir angkutan juga diminta untuk tidak sembarangan berhenti di jalan.
"Misalnya di terminal bayangan. Haltenya kurang, di mana-mana ya haltenya kurang," kata ayah 3 anak ini.
Jokowi pun menambahkan, pengguna angkutan umum harus naik atau turun di halte. Sopir angkutan umum juga harus menurunkan penumpang di halte. Begitu juga dengan pengguna mobil pribadi.
"Penumpangnya ini kadang-kadang pingin turun di depan gangnya, di depan rumahnya. Tidak mau turun di halte. Sopirnya juga sama, pingin ngangkut orang tidak di halte, tapi pingin ngambil orang di sembarang tempat. Mobil pribadi juga sama. Kita lihat sudah jelas lampu merah, macet, tapi terus, karena pingin nyampe di rumah cepat. Nah yang ini-ini perlu waktu, proses, kampanye, semuanya," papar lulusan Fakultas Kehutanan UGM ini.
4. Petugas Siaga di Titik Biang Macet
|
"Ya ada prosesnya," kata Jokowi usai menyambut SBY di Lanud Halim, Jakarta, Jumat (23/11/2012).
Menurut Jokowi, pihak Ditlantas dan Dishub sudah berusaha mengurangi kemacetan. Di titik-titik yang menjadi biang macet ditaruh petugas.
"Kalau kita menempatkan dari Ditlantasnya juga sudah menggerakkan polisi untuk di tempat-tempat yang jadi titik kemacetan. Dari Dishub juga sudah ditempatkan," imbuhnya.
Jokowi menegaskan, untuk strategi penanggulangan kemacetan masih dilakukan perhitungan matang. Jadi bersabar. "Ya masih nunggu, kan harus ada kalkulasi," jelasnya.
Halaman 2 dari 5