'Kartini' dari NTB Ini Hibahkan Lahan Demi Berdirinya Puskesmas

'Kartini' dari NTB Ini Hibahkan Lahan Demi Berdirinya Puskesmas

- detikNews
Kamis, 18 Apr 2013 18:19 WIB
Lale Alon Sari (Foto: Norma Anggara/detikcom)
Surabaya - Fasilitas kesehatan di pelosok Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak 'wah'. Bahkan kadang tidak ada. Lale Alon Sari (47) tak tinggal diam. Demi kelancaran penanganan kesehatan dan penanganan ibu dan anak, dia merelakan 500 meter persegi tanahnya untuk Puskesmas.

Lale Alon Sari, ibu 3 anak ini tinggal di Dusun Batubeduk, Desa Batujai, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah, NTB. Ia miris saat Puskesmas di dusunnya kena gusur akibat perluasan jalan by-pass.

"Masyarakat perempuan di dusun saya terpinggirkan. Kebutuhan dasar seperti ekonomi dan pendidikan sangat susah didapat," kata Lalu Alon Sari saat disahkan sebagai penerima Kartini Award di Surabaya Plaza Hotel, Kamis (18/4/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi itulah yang mendorong Lale Alon Sari menghibahkan tanahnya untuk Puskesmas. Pos Tu (Pos Pembantu) itu dilengkapi fasilitas medis bantuan dari rumah sakit setempat.

Sebenarnya, Dusun Batubeduk telah memiliki Puskesmas. Namun, Puskesmas lama terpaksa dibongkar untuk kepentingan perluasan jalan by-pass. Maka itu, pihak kepala desa mesti mencari tanah pengganti.

Kala itu, pemerintah memberi bujet Rp 3,5 juta untuk tiap 1 are (100 meter persegi) tanah. Padahal, harga di pasaran sudah mencapai Rp 15 juta per 1 are.

"Daripada Puskesmas dipindah ke dusun lain, masyarakat saya pasti akan makin susah. Maka saya terima uang pengganti Rp 3,5 juta untuk setiap 1 are tanah," tambah dia.

Sedangkan sisa harga tanah yang belum terlunasi, lanjut dia, diikhlaskan. Toh, dengan berdirinya bangunan Puskesmas ini, sebanyak 600 perempuan binaan seni bisa ikut menggunakan beberapa sisi ruang untuk produksi kain tenun.

"Pos ini selesai dibangun pada akhir tahun 2010. Setiap perempuan yang mau berobat, bisa gratis. Dan perempuan binaan juga bisa memproduksi kain tenun di sini," kenang Lale.

Sempat muncul pungutan liar di puskesmas. Namun, Lale segera meminta Rumah Sakit setempat ikut menjadi sukarelawan menyediakan fasilitas dan tenaga kerja untuk berkoordinasi di Pos Puskesmas Pembantu ini.

Ditanya sampai kapan dirinya bisa menyajikan pelayanan gratis tersebut? Lale optimis Pos Puskesmas Pembantu ini akan selamanya beroperasi. Pasalnya, Lale kini sedang memutar hasil penjualan kerajinan tenun ke dalam kas koperasi.

"Ada koperasi. Per lembar kain tenun yang terjual, Rp 5000 masuk ke dalam kas koperasi. Tapi memang, operasional Pos Tu (Pos Puskesmas Pembantu) ini lebih banyak berasal dari swadaya," aku Lale.

Kenapa Lale ngotot mempertahankan pos ini supaya bisa terus berdenyut? Sebab, sejak akhir 2010 beroperasi, Pos Tu ini bahkan menyediakan fasilitas konseling untuk perempuan khususnya para ibu. Berbagai kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) mulai terkuak sedikit demi sedikit.

"Seiring berjalannya waktu, kami juga menemukan adanya sharing kasus-kasus KDRT yang banyak tak tercium pihak berwenang. Ada 10 kasus KDRT yang sudah dilaporkan, sisanya masih banyak. Karena perempuan di sana susah keluar rumah, sangat tertutup," tutur Lale.

Selain itu, Lale juga mencatat, ada beberapa kasus pernikahan dini atas paksaan orang tua. Maka itu, Lale berharap Pos Tu bisa terus berdenyut.

"Saya ikhlas, untuk masyarakat," pungkasnya.

(fat/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads