"Nggak betah, ingin cepat pulang ke rumah," kata Tasripin dengan logat Banyumasan, Kamis (18/4/2013).
Tasripin berada di hotel Wisata Niaga Purwokerto karena rumahnya tengah direhab Kodim 0701 Banyumas dan Korem 017 Wijayakusuma. Ia menempati salah satu kamar bersama ketiga adiknya Dandi (9), Riyanti (7), dan Daryo (5). Fasilitasnya cukup lengkap, di antaranya kasur empuk, kamar berpendingin udara, kamar mandi yang memiliki air panas dan dingin, tayangan televisi yang jernih, makanan dan camilan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tasripin berjuang mencari nafkah setelah ibunya meninggal dunia dan sang ayah bekerja ke Kalimantan. Hampir setiap hari, dia mesti pergi ke sawah demi menghidupi ketiga adiknya. Para tetangga sekitar kadang sering membantu memberikan nasi maupun lauk pauk.
Bocah putus sekolah itu biasa berangkat pada pukul 07.00 WIB. "Kadang dapet Rp 30-40 ribu sehari. Itu beli beras dan sayur. Sisanya untuk jajan adik," ungkap Tasripin dengan lugu.
Tasripin dan ketiga adiknya tinggal di rumah bilik kayu berukuran 5x7 meter. Di rumah sederhana itu, hanya ada satu kamar berukuran 3x3 meter dan dapur dengan tungku kayu bakar serta isi perabotan.
(arb/try)