Dalam konferensi jarak jauh untuk para delegasi SOM II APEC di Surabaya, Wakil Menteri Keuangan, Mahendra Siregar, menandaskan bahwa sebenarnya, kesuksesan kerjasama wilayah Asia Pasifik sebagai motor pertumbuhan, sangat tergantung pada kesuksesan pembangunan infrastuktur. Tanpa infrastruktur yang memadai maka pertumbuhan ekonomi Asia Pasifik dipastikan akan terhambat.
Sementara itu, menurut catatan Ketua SOM Indonesia, Dubes Yuri O. Thamrin, selama satu dasawarsa ke depan, antara tahun 2010-2020, wilayah Asia Pasifik diperkirakan akan membelanjakan kisaran 8 triliun dolar untuk berbagai proyek infratruktur seperti energi, transportasi, komunikasi dan lainnya. Itu semua untuk mendorong konektivitas wilayah dan agar pertumbuhan ekonomi terus terjaga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Saya tahu persis ada banyak sekali sumber dana pembiayaan di Asia Pasifik yang nganggur dan terus menunggu proyek-proyek yang layak dibiayai,” tegas Khamran Khan, wakil World Bank yang hadir dalam pertemuan di Surabaya dengan tegas.
Sangat disadari, dalam mengembangkan proyek infrastruktur tersebut, pemerintahan ekonomi APEC tidak bisa berdiri sendiri. Anggarannya memiliki keterbatasan untuk pembiayaan proyek yang maha besar dimaksud. Karenanya, keterlibatan pihak swasta dalam merealisasikannya merupakan keniscayaan dan bahkan merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditolak.
“Sayangnya, semua ekonomi APEC mengamini betapa sulitnya mencari terobosan atas kompleksitas pelaksanaan kemitraan pemerintah dan swasta dalam pembangunan infrastruktur. Karenanya, Indonesia menjadikan isu ini sebagai hal penting untuk dibahas selama keketuaan Indonesia,” ujar Yuri O. Thamrin dalam sambutannya di hadapan lebih 150 peserta dari 21 ekonomi APEC.
Ketua SOM Indonesia yakin, APEC dapat meraih peranan kunci dan menjadi pendorong utama kegiatan kemitraan pemerintah dan swasta. Di sisi lain, diyakini masih adanya jalan panjang sampai pada sebuah kesepakatan dan implementasi kegiatan dimaksud di antara ekonomi APEC.
M Aji Surya, diplomat Kemlu RI
(nrl/nrl)