Di New York, otoritas mengerahkan apa yang dinamai tim respons, yakni tim patroli yang bergerak dengan membunyikan sirene dan menyalakan lampu mobil. Ditambah lagi dengan lebih dari 1.000 petugas kontra-terorisme yang dikerahkan untuk mengamankan wilayah.
Tempat-tempat yang banyak dilalui orang-orang seperti gedung PBB, Empire State, Rockefeller Center, Katedral St. Patrick, dan World Trade Center dimonitor secara khusus. Tampak helikopter-helikopter terbang berputar-putar di atas gedung-gedung tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beberapa langkah keamanan yang kami ambil mungkin mencolok. Tapi yang lainnya tidak," kata Bloomberg seperti dilansir CNN, Selasa (16/4/2013).
Aparat kepolisian di Los Angeles, Washington, San Diego, Las Vegas, Detroit, Atlanta dan kota-kota besar lainnya juga mengambil langkah-langkah keamanan yang diperlukan.
Di Seattle, kepolisian meningkatkan patroli di kawasan-kawasan dan sekitar gedung-gedung pemerintah dan fasilitas lainnya. Di Colorado, status siaga diberlakukan dan aparat diperintahkan untuk mengawasi setiap aktivitas yang mencurigakan.
Di New Jersey, pengamanan di seluruh negara bagian tersebut diperketat. Bahkan para polisi yang sedang libur pun dipanggil untuk bertugas. Unit-unit pelacak bom dan tim taktis pun dikerahkan sebagai langkah pencegahan.
Bahkan di Los Angeles, pengamanan diperketat di tiga bandara besar di wilayah tersebut. Aparat polisi dan tentara pun disiagakan.
Dua ledakan bom terjadi di dekat garis akhir (finish) event maraton Boston Marathon, yang berjarak 50-100 meter dari para pelari. Dilaporkan 3 orang tewas, termasuk seorang anak berusia 8 tahun, dan lebih dari 100 orang lainnya luka-luka akibat ledakan yang nyaris serentak ini. Masing-masing ledakan bom terjadi hanya dalam selisih waktu sekitar 12 detik.
Dalang di balik ledakan ini belum diketahui. Aparat setempat masih melakukan penyelidikan secara cepat. Gedung Putih telah mengeluarkan pernyataan dengan menyebut ledakan ini sebagai aksi teror.
(ita/nrl)