Maduro yang menjabat Pjs Presiden Venezuela setelah kematian Chavez itu, berhasil mengalahkan Henrique Capriles Radonski dalam pemilu. Pada Oktober 2012 lalu, Capriles juga menjadi penantang kuat Chavez dalam pemilu.
Perolehan suara di antara keduanya dilaporkan sangat tipis. Menurut otoritas pemilihan umum Venezuela, seperti dilansir The New York Times, Senin (15/4/2013), Maduro unggul dengan perolehan 50,6 persen suara sedangkan Capriles memperoleh 49,1 persen suara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah hasil yang tidak bisa diganggu gugat, yang telah diputuskan oleh rakyat Venezuela melalui proses pemilihan umum," ujar Kepala Komisi Pemilu, Tibisay Lucena, ketika membacakan hasil pemilu yang diyakini 99 persen keakuratannya tersebut.
Dengan kemenangan Maduro ini, maka diprediksikan kiprah koalisi sayap kiri di Venezuela yang selama ini dekat dengan Chavez, akan terus berlanjut dalam beberapa tahun ke depan. Selain itu, Maduro juga diprediksi akan melanjutkan penjualan minyak ke Kuba, yang selama ini menjadi sekutu dekat Venezuela di bawah kepemimpinan Chavez.
Kendati demikian, ada beberapa hal yang menjadi kekhawatiran rakyat dan pendukung Maduro. Kurangnya insting politik yang tajam dan kurangnya karisma seperti Chavez, membuat publik bertanya-tanya bagaimana model kepemimpinan Maduro yang efektif, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
(nvc/ita)