Ini terungkap dari kunjungan pimpinan parlemen Australia kepada pimpinan MPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta. Di dalam pertemuan pagi ini, Senin (15/4/2013), Alex Galladh, bercerita mengenai sulitnya mengatur anggota parlemen Australia. lalu bertanya bagaimana kondisi anggota parlemen di Indonesia.
"Di Australia anggota parlemen sulit diatur. Bagaimana di Indonesia?" tanya Senator dari South Australia itu kepada Ketua MPR Taufiq Kiemas dalam bahasa Inggris.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jawaban yang lebih terbuka disampaikan Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari. Menurutnya masyarakat Indonesia memiliki tingkat kepercayaan yang rendah kepada anggota parlemen di Indonesia dan bahkan anggota DPR kerap diejek di media sosial.
"Dulu sebelum reformasi, anggota DPR dibilang 5 D, datang, duduk, diam, dengar, duit. Setelah reformasi disebut Tidak 5 D, tidak datang, tidak duduk, tidak diam, tidak dengar, tapi tetap terima duit," papar Hajri.
Jawaban ini disambut tawa oleh delegasi pimpinan parlemen Australia yang beranggotakan tujuh orang. Pimpinan MPR yang menerima mereka juga tertawa menyambung Galladh yang menuturkan bahwa kondisi di negaranya tak jauh berbeda.
"Kami juga sering dibahas di media sosial. Oleh karenanya kami harus menjaga kelakuan kami sendiri," ujar Galladh setelah tawanya reda.
Kemudian pembahasan berganti menjadi soal Pemilu 2014. Delegasi Australia tampak tertarik dengan spekulasi siapa presiden Indonesia berikutnya. Mereka bahkan meminta prediksi dari Taufiq Kiemas.
"Ini pertanyaan yang sering ditanyakan kepada saya. Kami yakin hasil pemilu nanti bisa memilih presiden yang bisa berhubungan dengan baik dengan tetangga-tetangganya. Tapi yang jelas presidennya bukan saya," ujar Taufiq sambil tertawa.
(trq/lh)