Demikian disampaikan seorang sumber yang memahami insiden ini, seperti dilansir Reuters, Senin (15/4/2013). Hingga saat ini, penyebab insiden yang terjadi pada Minggu (14/4) sore ini belum diketahui karena masih diselidiki oleh KNKT dengan bantuan penyidik AS dan pihak Boeing.
Namun Reuters menuliskan, dugaan awal yang didasarkan pada keterangan saksi mata dan laporan kondisi cuaca, penyelidikan difokuskan pada pergerakan angin atau adanya badai awan yang selama ini dikenal dengan istilah 'microburst'. Walaupun tergolong langka, namun sejumlah pengamat penerbangan menuturkan, hembusan angin yang kencang dan tidak bisa diprediksi mampu mengguncang atau membuat oleng pesawat, bahkan yang memiliki teknologi jet secanggih apapun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski hingga saat ini identitas pilot dan kopilot pesawat dengan nomor penerbangan JT-904 ini masih dirahasikan. Namun Reuters menuliskan, kapten pesawat ini berkewarganegaraan Indonesia dan memiliki pengalaman 15 ribu jam terbang serta memiliki lisensi instruktur penerbangan. Sedangkan si ko-pilot diketahui berkewarganegaraan India dengan pengalaman 2 ribu jam terbang.
Seperti laporan Reuters, pilot menjelaskan detik-detik pesawat jatuh ke laut saat mencapai ketinggian 400 dan 200 kaki. Sumber yang dikutip Reuters ini menuturkan, saat hendak mendarat di Bandara Ngurah Rai, kondisi tengah hujan deras dan jarak pandang sangat terbatas.
Dengan kondisi seperti itu, pilot kesulitan untuk melihat dan mencari posisi runway dan lampu penanda runway. Maka pilot memutuskan untuk membatalkan pendaratan dan melakukan terbang berputar atau 'go around'.
Namun, masih menurut sumber tersebut, sang pilot mengaku kesulitan untuk menaikkan kembali pesawat dan malangnya, pesawat Boeing 737-800 malah tidak bisa dikendalikan dan tersungkur ke bawah. Ketinggian pesawat yang saat itu hanya mencapai 200 kaki, membuat para awak pesawat tidak sempat memberikan peringatan kepada para penumpang.
"Kapten menuturkan, dirinya berniat terbang berputar tapi dia merasa pesawat diseret ke bawah oleh angin, itulah mengapa akhirnya jatuh ke laut," jelas sumber tersebut mengutip keterangan pilot dan sejumlah awak pesawat.
"Saat itu ada hujan deras dari arah timur ke barat, sangat deras," imbuh sumber yang enggan disebut namanya.
Laporan buletin Flight Safety Foundation menyebutkan, saat kejadian diindikasi terjadi badai awan kecil pada ketinggian 1.700 kaki. Kemudian dilaporkan angin moderat bertiup dari arah selatan ke tenggara, namun berubah arah dan menjadi lebih kencang dari arah timur dan tenggara menuju ke barat.
(nvc/mad)