Pemerintah China mengumumkan pada 31 Maret lalu, bahwa virus avian influenza H7N9 telah ditemukan pada manusia untuk pertama kalinya. Jumlah orang yang dipastikan terinfeksi virus ini mencapai 31 orang hingga hari Rabu ini. Dari jumlah itu, 9 orang meninggal.
Dalam statemen kepolisian seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (10/4/2013), disebutkan bahwa kepolisian di kota Guiyang telah menahan tiga orang. Ketiganya ditangkap karena mengklaim virus H7N9 telah ditemukan di pasar unggas setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepolisian China juga telah menahan tiga orang di Provinsi Zhejiang, dua orang di Jiangsu, dua orang lagi ditahan di Anhui karena menyebarkan informasi bohong mengenai flu burung.
Di Provinsi Fujian dan Shaanxi, masing-masing satu orang juga telah ditahan atas tuduhan yang sama.
Wabah flu burung H7N9 sejauh ini masih terbatas pada wilayah China timur saja, termasuk pusat bisnis Shanghai di mana lima orang telah tewas akibat penyakit ini.
Organisasi Kesehatan Dunia alias WHO telah memuji pemerintah China atas transparansinya mengenai wabah H7N9. Namun sebuah surat kabar China mempertanyakan keterlambatan lebih dari tiga minggu, yakni antara korban tewas pertama dengan saat pengumuman oleh pemerintah pusat.
Namun pejabat-pejabat pemerintah China mengatakan, perlu waktu untuk mengkonfirmasi ditemukannya virus tersebut pada manusia untuk pertama kalinya.
Sekitar satu dekade silam, pemerintah China juga dituding menutup-nutupi wabah penyakit Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), yang menewaskan sekitar 800 orang di seluruh dunia.
(ita/nrl)