"Dia (Agung) bilang akan tinggal di sini," kata kakek Agung, Suhardi (64), ketika ditemui di Desa Bakulan, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, Selasa (9/4/2013).
Usai pemakaman kedua orangtua dan adiknya Senin (8/4) kemarin, Agung kembali ke rumah kakek (dari keluarga ibu) di Sidareja, Cilacap dan tinggal bersama paman dan bibinya. Namun rencananya, setelah SMP atau dua tahun lagi, satu-satunya korban selamat di mobil Xenia itu akan ikut bersama kakek-nenek (dari keluarga ayah) di Purbalingga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keluarga Dwigusta Cahya merasa bertanggung jawab atas kematian kedua orangtua dan adik Agung serta kakek dan nenek (dari keluarga ibu). Selain memohon maaf, mereka menawarkan adopsi dan membiayai sekolah Agung.
"Saat bertemu di Cilacap, pikiran dan niat saya begitu (adopsi)," kata ayah M Dwigusta Cahya, Agus Adriyanto, di RS Bhayangkara Sartika Asih, Jalan Moch Toha, Bandung, Selasa (9/4/2013). Agus berada di RS itu untuk menunggui Cahya yang dirawat.
Selama ini, Agung tinggal di Gandrungmangu, Sidareja, Cilacap. Ia menghabiskan masa kecil dan bersekolah di tempat tersebut. Kedua orangtua dan adiknya dimakamkan di Purbalingga, kota keluarga ayahnya.
(try/nrl)