"Terjun ke politik sebenarnya sedih, tapi skenario Tuhan lebih indah sebenarnya," ungkap SBY di sela-sela kunjungannya ke Mabes TNI AD, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Selasa (9/4/2013).
Semenjak lulus dari Akademi Militer pada 1973, karier militer SBY dimulai dari penugasan di Kostrad, Komandan Batalyon di Timor-timur, dosen Sesko AD, Kospri KSAD, Kospri Panglima ABRI, Danrem Yogyakarta, Kasdam Jaya, Kasosopol TNI, Kepala Staf Teritorial TNI, hingga memimpin Fraksi ABRI di DPR.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
SBY berpesan kepada para prajurit TNI agar jangan memilih-milih tugas dan jabatan. Menurut SBY jabatan apapun akan menjadikan yang terbaik untuk karir mereka di masa depan.
"Sampaikan ke para kapten, jangan pilih-pilih tugas dan jabatan. Jabatan apapun akan terbaik bagi kariernya. Tidak mau jadi guru sebab katanya hidup segan mati tak mau, itu kan dulu," imbaunya.
Untuk para petinggi AD, SBY mengingatkan soal kepemimpinan. Pemimpin harus memberikan kasih sayang dan kepedulian kepada anak buahnya.
"Lebih khusus tentag kasih sayang dan kepedulian ke anak buah.Saya senang dengan gerakan cepat dan tanggung jawab penuh. Marilah kita petik pelajarannya, kita pahami dalam hubungan keprajuritan. Soal kepemimpinan itu leadership, ada yang bilang commandership. Tapi beda, komandan untuk capai tujuan tugas pokok to accomplish, tapi komandan juga untuk sejahterakan prajurit," kata SBY.
"Leadership ini lebih dalam, berkaitan dengan the hearts and the mind. Sebagai pimpinan harus tahu dalam hati anak buah. Seorang jendral biasanya ada tiga-tiganya, commander, leadership, dan manager. Asahlah hati untuk pikirkan apa yang terbaik untuk prajurit, untuk jaga citra baik. Saya mengerti berbagai kejadian, memang dari dulu cerita-cerita pelanggaran HAM, dari dulu memang ada," lanjutnya.
(mpr/lh)