Prada Mart Mengaku Tikam Shinta & Ibunya Berkali-kali karena Panik

Pembunuhan Keji Oleh Anggota TNI

Prada Mart Mengaku Tikam Shinta & Ibunya Berkali-kali karena Panik

- detikNews
Senin, 08 Apr 2013 14:35 WIB
Bandung - Mengaku membawa sangkur hanya untuk menakut-nakuti korban, Prada Mart Azzanul Ikhwan (23) rupanya gelap mata. Sangkur tersebut ia pakai untuk menghabisi Opon (39) dan Shinta Mustika (19) hingga tewas. Bahkan terdakwa menusuk korbannya hingga berkali-kali.

Senin (11/2/2013) lalu Shinta dan Opon bertemu dengan terdakwa untuk meminta pertanggungjawaban atas janin yang dikandung Shinta di depan masjid di dekat asrama. Setelah berdebat, Mart meminjam motor yang dibawa Opon untuk kembali ke asrama. Ia mengambil sangkur komando yang disimpan di dalam lemarinya. Mart mengaku sangkur tersebut hanya digunakan untuk menakut-nakuti saja.

Kembali menghampiri Shinta dan Opon di masjid, terdakwa kemudian membonceng keduanya ke sebuah perbukitan tempat perkebunan sayur. Mereka sempat melewati kios, namun orang-orang di kios tidak menaruh curiga melihat Mart berboncengan dengan dua wanita tersebut. Karena kawasan tersebut memang kerap dilewati anggota TNI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sampai ke suatu tempat, terdakwa pun menyuruh keduanya turun. Terdakwa lalu menyuruh Shinta menunggu sementara ia dan Opon berjalan kaki menjauh dari Shinta.

Terdakwa bertanya pada Opon apakah ia masih tidak percaya bahwa bukan terdakwa yang menghamili. Opon pun menyatakan tak percaya dan kembali menyatakan akan melapor pada atasan, menuntut dan menggunakan pengacara.

"Awalnya sangkur hanya untuk menakut-nakuti saja. Lalu Opon bertanya, mengapa saya bawa sangkur. Lalu dia mau lari ke arah Shinta, saya narik dia," ujar terdakwa yang juga anggota kesatuan Yonif 303/13/1 Kostrad Kabupaten Garut ini dalam sidang keduanya yang digelar di Pengadilan Militer II-09 Bandung, Jalan Soekarno-Hatta, Bandung, Senin (8/4/2013).

Karena panik, terdakwa menarik bahu kiri Opon, saat Opon balik badan, Mart menusuknya dalam keadaan berdiri. Saat tusukan pertama tersebut, Mart lalu mengambil sangkur tersebut dan menusukkan kembali ke tubuh Opon.

"Saya tarik bahu kiri dia pakai tangan kanan. Dia balik badan, setelah saya tarik di situ saya tusuk dia, dalam keadaan berdiri. Setelah saya lepas, sangkur saya ambil lagi karena udah enggak sadar. Kemudian saya tusuk lagi, dia jatuh telungkup. Saya tusuk ke arah leher. Seingat saya empat kali," terangnya.

Terdakwa kemudian menyeret tubuh Opon ke kebun yang ada di sekitar lokasi kejadian. Sangkur yang digunakan, lalu dimasukkan kembali ke saku celananya.

Kemudian terdakwa menghampiri Shinta. Shinta bertanya kemana ibunya. Namun dijawab terdakwa Opon pergi bersama temannya. Shinta sempat berteriak memanggil ibunya. Hingga kemudian Shinta melihat sangkur di saku celana terdakwa. Keduanya pun terjatuh dari motor karena Shinta mempertanyakan soal sangkur sementara terdakwa menghalangi.

"Enggak tahu kenapa dia lalu teriak. Mengambil sangkur mau nusuk saya. Motor jatuh, kemudian saya tusuk ke Shinta, saya enggak ingat berapa tusukan, tapi lebih dari satu," ucapnya.

Menurut hasil visum, Opon tewas dengan 6 luka tusuk di bagian leher, 1 luka tusuk di dada dan memar di bagian dada akibat benda tumpul. Sementara Shinta terdapat 8 luka tusuk yang ada di dada, leher dan punggung.

Pukul 12.00 WIB sidang sempat ditunda untuk istirahat dan dilanjutkan kembali pukul 13.00 WIB.

(avi/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads