Masjid Keramat Luar Batang yang beralamat di Jalan Kampung Luar Batang V No 1, Penjaringan. Ciri khas masjid yang berdiri di atas lahan 3.500 meter persegi ini yakni 12 tiang penyangga.
"Pertama dibangun oleh Habib Husein bin Abubakar Alaydrus, diperkirakan tahun 1739," kata pengurus masjid, Yudo Sapmono (50), saat ditemui detikcom, Jumat (5/4/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Husein kemudian mendapat firasat bahwa si tentara akan berkuasa jika ia disekolahkan lagi di kampung halamannya. "Bapak si tentara akhirnya mengajak pulang ke Belanda dan disekolahkan. Selang dua tahun, dia diangkat jadi Gubernur Jenderal Batavia oleh Ratu Belanda. Datanglah si bapak dan anak memberi keping emas kepada Habib Husein, tapi dibuang ke laut," papar pria campuran Jawa-Sulawesi ini.
Tak disebut pasti siapa gubernur jenderal yang dimaksud. Konon, Habib Husein membuang keping emas ke laut untuk diberikan pada ibunya di Yaman. Tak percaya, sang gubernur jenderal mengirim utusan ke Yaman dan menemukan bahwa kepingan emas memang sampai ke tangan si ibu.
Takjub, sang penguasa Batavia kala itu kemudian memberi Habib Husein tanah seluas 24 hektar. "Beliau tidak mau mengambil semua, cukup di pulau ini sedikit. Jadilah masjid ini," kata Yudo sambil menunjuk bangunan masjid.
Lalu, mengapa disebut Masjid Keramat Luar Batang? "Sebenarnya nama aslinya Masjid An-Nur. Tapi sejarahnya, ketika Habib Husein wafat sekitar 1756, jenazah beliau dikembalikan ke asalnya di Yaman. Sampai di sana, saat ingin dikubur, jenazahnya tidak ada," cerita Yudo
Tersiar kabar bahwa jenazah ada di dalam kamarnya, yang sekarang jadi makam Habib Husein di komplek masjid ini. Orang yang takjub kemudian menceritakan peristiwa jenazah keluar dari kurung batang ini, hingga akhirnya disebut "luar batang".
Asal muasal nama masjid satu lantai ini menarik perhatian masyarakat untuk datang berziarah ke makam habib juga makam muridnya yang bersebelahan, KH Abdul Kadir, seorang Tionghoa yang memeluk Islam setelah berguru pada Habib Husein.
(ndr/gah)