Pihak pertama yang diutungkan jelas adalah sopir angkutan umum. Tanpa perlu menunggu waktu lama, bus maupun angkot mereka dapat dipenuhi penumpang dengan cepat.
"Walaupun rugi karena harus bayar timer lagi, tapi di terminal bayangan, sewa penumpang lebih banyak. Kalau di terminal resmi kita nunggu satu jam terkadang cuma 10 sampai 15 orang, kalau di sana kita sewa bisa penuh," kata kondektur bus Laju Prima jurusan Kp Rambutan-Merak, Riyadi (49 tahun) saat ditemui, Selasa (2/4/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Riyadi mengakui jika kebiasaan mereka ngetem di luar terminal membuat lalu lintas jadi macet. Namun karena kans untuk mendapatkan penumpang jauh lebih banyak dibanding di dalam terminal, mereka pun terpaksa melakukan cara itu.
Keberadaan bus-bus ini juga menambah penghasilan pedagangan asongan setempat. Pasalnya sambil menunggu bus atau angkot, para pedagang dengan leluasa menjajakan jualannya kepada penumpang.
"Kalau dibilang nguntungin ya lebih untung cuma lebih capai dibanding di terminal karena harus lebih banyak naik turun bis," kata pedagang asongan, Muhamad Andi (34).
Namun sama seperti Riyadi, Andi pun sadar jika mereka seringkali membuat kondisi semakin tak beraturan. "Sebagai pedagang mah kita ngerti kalau kita salah karena kita dagang di jalur hijau, tapi kita sendiri juga sebenarnya nggak mau," tutupnya.
Pihak terakhir yang merasa terbantu dengan kehadiran terminal bayangan jelas adalah penumpang. Tanpa harus bersusah payah masuk ke dalam terminal, mereka sudah bisa mendapatkan angkutan yang dimau.
"Nggak perlu capai-capai," tegas Haris salah satu penumpang ke arah Bekasi.
Hingga berita ini diturunkan, Kadishub DKI Udar Pristono belum bisa dikonfirmasi. SMS serta telepon yang detikcom layangkan belum dibalas.
(mok/fjp)