Saat seseorang masuk ke dalam hotel atau mal, pemeriksaan rutin detektor metal akan ditemui. Tas dan barang bawaan juga akan dipindai, dicek apakah membawa bahan berbahaya atau tidak.
Pemeriksaan ketat ini memang dilakukan sesuai standar dan prosedur menyusul aksi teror bom yang melanda Jakarta yang pecah beberapa tahun lalu. Semua pengunjung dan kendaraan tak luput dari 'razia' detektor metal. Bahkan ada beberapa mal dan hotel yang menggunakan anjing pelacak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kadang risih sih memang, bikin repot. Tapi bagaimana lagi?" kata Lita (27) pegawai kantoran yang biasa meeting di hotel atau mal saat berbincang.
Keluhan ringan Lita itu dahulu juga dirasakan sejumlah orang. Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengakui awal-awal diberlakukan pengamanan ketat itu, banyak laporan pengaduan masuk.
"Karena itu ya pemeriksaan harus proporsional," jelas Tulus, Senin (1/4/2013).
Tulus menjelaskan, pemeriksaan itu dilakukan karena situasi kondisional yaitu Jakarta beberapa waktu lalu tak aman. Tapi menurut dia, pemeriksaan itu sah-sah saja asal tak diskriminatif.
"Jadi jangan karena orangnya dilihat tak bertampang baik atau mobilnya jelek, lalu diperiksa ketat. Yang penting ada keadilan," jelas dia.
Soal pengamanan ketat di Jakarta itu memang mengundang perdebatan. Sebab di kota besar lainnya seperti di New York atau di London, yang pernah diguncang bom, tak ada pemeriksaan ketat untuk tamu/konsumen di mal atau hotel.
Nah, bicara soal pemeriksaan di hotel dan mal di Jakarta itu, anggota Komisi III DPR Indra SH melihatnya hanya sebagai formalitas dan sekadarnya saja.
"Urgensi pemeriksaan itu kadang tak jelas," kata politisi PKS ini.
Tapi Indra memaklumi, para petugas keamanan itu hanya menjalankan tugas saja. "Yang penting sebenarnya pemeriksaan jangan lebay, jangan berlebihan. Harus sopan," pesannya.
Anda pernah mengalami pemeriksaan tak sopan?
(ndr/nrl)