Flyover di Kampung Melayu dekat dengan terminal. Bila Anda berangkat dari arah Jatinegara, letaknya berada di kiri menuju arah Jl Abdul Syafii yang mengarah ke Tebet. Posisi 'kampung' berada di turunan flyover.
Untuk masuk ke area pemukiman warga kolong, kita harus mencari tembok bolong. Lalu, merangkak di atap sempit sepanjang hampir tiga meter. Suasana gelap di kanan-kiri begitu terasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita nggak punya KTP di sini. Kalau bayar listrik ke PLN biasa," kata Dakim, salah seorang pemimpin kelompok warga di lokasi tersebut saat ditemui detikcom, Minggu (31/3/2013).
Total ada 68 rumah yang diisi oleh setiap keluarga. Mereka terbagi dalam empat kelompok besar.
"Di sini ada 4 kelompok masing ada yang dituain, di kelompok Danden 14 KK, Acung 12 KK, Anton 31 KK, dan saya megang 27 KK. Total semua kurang lebih ada 68 KK," jelas pria bertato ini sambil menghisap batang rokoknya.
Ada sebagian rumah yang lantainya dilapisi keramik. Sebagian lagi masih beralaskan tanah. Hampir di setiap rumah ada televisi dan kipas angin.
Bagaimana dengan sistem sanitasi? Para penghuni kolong jembatan ini menggunakan sarana MCK bergantian. Satu MCK digunakan untuk 10-20 rumah. Sumber air mereka dari air tanah yang dibor.
"Dari tahun 2000 sudah tinggal di sini. Selama itu saya sudah hampir 4 kali digusur," kata Kamil, warga penghuni kolong jembatan lainnya.
Saat wawancara, anak-anak kecil tampak bermain di halaman kolong jembatan. Suara bising kendaraan di atas jembatan dan kondisi yang gelap tak mengurangi keceriaan mereka.
"Kita nggak mau tinggal di sini, yang penting tempat layak nyaman kita juga mau (pindah), toh kita juga mau usaha kerja nggak diam saja," kata Kamil yang sehari-hari berprofesi sebagai pemulung ini.
(edo/ndr)