Dilema PDIP, Mengulang Kegagalan Jabar & Sumut atau Suksesi Jakarta

Pilgub Jateng

Dilema PDIP, Mengulang Kegagalan Jabar & Sumut atau Suksesi Jakarta

- detikNews
Kamis, 28 Mar 2013 00:02 WIB
Jakarta - Pemilihan Gubernur Jawa Tengah diprediksi akan berlangsung ketat. Sebab, tiga kandidat yang berasal dari PDIP ikut bertarung memperebutkan suara di basisnya sendiri. Meskipun PDIP secara resmi hanya mengusung pasangan Ganjar Pranowo dan Heru Sudjatmoko.

Direktur Center for Election and Political Party (CEPP) Universitas Indonesia, Reni Suwarso, mengatakan Pilgub Jateng menjadi pertaruhan penting bagi PDIP terkait gengsi pemilu 2014.

"Melihat pengalaman di Jakarta menang, kemudian kalah di Jabar dan Sumut. Sekarang Jateng menjadi titik balik penentuan bagi PDIP. Mengulangi Jakarta atau mengulangi Jabar dan Sumut. Jadi PDIP tidak bisa main-main di Jateng, karena sudah kalah di Jabar dan Sumut," ujar Reni dalam keterangan persnya, Rabu (27/3/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Reni mengatakan jika pengalaman Jakarta terulang di Jateng, maka kemenangan tersebut akan berdampak signifikan terhadap keyakinan PDIP di Pemilu 2014 nanti. Tapi jika pengalaman Jabar dan Sumut yang terulang, maka akan berpengaruh terhadap mood kader-kader PDIP di seluruh Indonesia akan turun. Apalagi menurut doktor ilmu politik FISIP UI ini, basis massa PDIP di Jateng saat ini terpecah menjadi tiga pasca keputusan parpol besutan Megawati itu mengusung Ganjar Pranowo.

Incumbent Bibit Waluyo yang diusung Partai Demokrat pada awalnya merupakan kader PDIP. Begitupun cawagub Don Murdono yang diusung PKS, Gerindra, dan 4 parpol lainnya, juga merupakan kader PDIP.

Sementara wagub Jateng Rustriningsih yang santer dijagokan sebelum Ganjar, justru dikandangkan oleh partainya sendiri. Padahal menurut Reni, Rutriningsih masih memiliki banyak pendukung kuat di tingkat grassroot, dibanding loyalis dua kader PDIP lainnya, Don dan Bibit, serta Ganjar sendiri.

"Karena itu Ganjar harus all out. Dia memang calon muda yang visioner. Namun kiprahnya selama ini lebih banyak di pusat, Senayan, daripada daerahnya. Kandidat lain lebih dikenal," tutur Reni.

Satu hal yang harus disikapi Ganjar, menurut Reni, adalah bagaimana berkomunikasi dengan Rustriningsih. Karena loyalis Rustriningsih sangat banyak. Dalam politik, menurutnya tidak ada loyalitas sejati, yang ada adalah pragmatisme. Karena itu berpindahnya pendukung Rustriningsih ke kandidat lain sangat memungkinkan.

"Kalau dibilang memecah suara, ya memecah suara. Tapi PDIP sudah memilih Ganjar. Ini beresiko memang jika tidak ada konsolidasi internal," cetusnya.

Reni memaparkan karakter pemilih di Jateng, di mana sekitar 30 persen merupakan pemilih muda dengan rentang usia antara 17-29 tahun. Jumlahnya sekitar 11 juta. Selebihnya berusia di atas 30 tahun.
Dari angka itu, 54 persen berada di perkotaan dan 45 persen di pedesaan. Tingkat melek huruf masyarakat Jateng juga cukup tinggi, mencapai 90 persen.

Artinya, masih menurut Reni, faktor pemilih usia produktif sangat menentukan pemenang pilgub Jateng. "Kandidat yang menang adalah yang dapat membuat program-program yang dibutuhkan sesuai karakter penduduk," pungkasnya.


(rmd/trq)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads