Seperti terungkap dalam putusan Pengadilan Negeri Denpasar (PN Denpasar), Selasa (19/3/2013), hakim Komang menulis Tergugat adalah Maskapai Penerbangan Lion Air Jakarta cq District Manager Lion Denpasar cq Station Manager Lion Air Denpasar. Hal ini langsung terbantahkan.
"Karena maskapai penerbangan Lion Air dan Lion Air hanya merek dagang dan managemen perusahaan perseroan yang bernama PT Lion Air Mentari, maka berdasarkan ketentuan UU No 40/2007 tentang Perseroan Terbatas yang merupakan subjek hukum adalah perseroannya in casu PT Lion Air. Bukan merek dagang in casu Maskapai Penerbangan Lion Air," demikian putus majelis hakim yang terdiri dari Nursyam, Hasoloan Sianturi dan Putu Suika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atas pertimbangan di atas, maka majelis menilai gugatan error in persona atau salah subjek dan bukan salah alamat. Sebab selaku merek dagang atau managemen tidak dapat dimintai pertanggungjawaban hukum.
"Karena eksepsi tergugat dinyatakan diterima, maka pokok perkara tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut dan gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima (niet onvankelijke verklaard)," tegas putusan yang diketok pada 4 April 2012 silam.
Seperti diketahui, kasus bermula saat hakim Komang mendapat undangan seminar di Jakarta pada 14 Oktober 2011 dan dibuka pada 19.30 WIB. Dalam seminar yang berlangsung selama 3 hari itu, dia mendapat honor Rp 45 juta.
Lantas, hakim Komang membeli tiket Lion Air jurusan Denpasar-Jakarta nomor flight JT 0033 seat 16D jam 18.45 WITA. Namun pesawat delay 2 jam sehingga hakim Komang terlambat sampai Jakarta.
Atas hal ini, hakim Komang merasa dirugikan secara immateril dan menggugat Lion Air sebesar Rp 11 miliar. Hakim Komang juga meminta Lion Air mengganti kerugian Rp 45 juta yaitu jumlah honor yang ia seharusnya terima jika menjadi moderator.
Atas gugatan ini, Lion Air memberikan bantahan. "Kenapa penggugat memilih jadwal penerbangan yang begitu sempit/mepet? Dalam gugatannya, penggugat mengetahui jadwal penerbangan Lion Air sering terlambat tetapi mengapa Penggugat memilih jadwal penerbangan yang begitu mepet dan tidak masuk akal?" demikian jawaban keberatan Lion Air dalam eksepsinya.
(asp/van)