"Partai NasDem secara organisatoris telah mengalami disorientasi tujuan dan cita-cita dasarnya yang ditetapkan pada 1 Februari 2012 diawal kelahiranya yaitu mengusung dan memperjuangkan "Restorasi Indonesia" secara objektif. Saat ini Partai NasDem telah keluar secara ekstrim dari real perjuangan dimaksud, dan lebih terjebak pada kepentingan para elit ditingkat pusat yang bersifat pragmatis jangka pendek. Sehingga ide-ide besar yang pernah dicita-citakan telah ditinggalkan," jelas Ketua DPW BAHU NasDem Maluku Fahri Bachmid kepada detikcom, Senin (18/3/2013).
Fahri mengatakan pasca mundurnya ketua umum dan sekjend serta sebagian besar jajaran pengurus DPP BAHU baru-baru ini, telah berefek secara signifikan dan serius. Implikasi mundurnya pengurus pusat berakibat fatal terhadap eksistensi organisasi BAHU dimana praksis seluruh program kerja dan agenda-agenda secara nasional menjadi tidak berjalan sebagaimana mestinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konsepsi dan posisi organisasi BAHU, lanjut Fahri, di dalam struktur Partai NasDem menjadi tidak jelas, apakah berorientasi pada konsep bantuan hukum publik ataukah bantuan hukum secara internal Partai NasDem saja. Hal ini tidak mendapat kejelasan konstitusional dalam aturan main partai, sehingga secara teoritik hal ini menjadi masalah pada tataran implementasi.
"Organ BAHU sebgai sayap partai berjalan sendiri dengan induk partai. Tidak adanya perhatian/atensi serius dari fungsionaris Partai NasDem, sehingga kami berpendapat bahwa visi restorasi Indonesia menjadi sulit terwujud karena di internal partai saja tidak dapat memahami nilai-nilai restorasi itu sendiri. Dan karena itu maka pada hari ini senin 18 Maret 2013 dengan ini saya nyatakan berhenti sebagai Ketua DPW BAHU Partai NasDem Prov Maluku Periode 2012-2017 dan diikuti oleh hampir seluruh jajaran pengurus yang lain," tutupnya.
Selain anggota BAHU, tiga DPC Partai Nasdem Maluku juga mengundurkan diri yakni DPC Leitimur Selatan, DPC Baguala, dan DPC Bentengkarang.
(mpr/mpr)