"Situs ini kemungkinan digunakan oleh kalangan pertapa atau resi untuk mengasingkan diri dari kehidupan duniawi dan mendekatkan diri kepada Yang Kuasa," duga Ketua Masyarakat Arkeologi Indonesia (MARI) Ali Akbar saat berbincang, Senin (18/3/2013).
Tim arkeologi masih melakukan eskavasi keberadaan 2 batu setinggi 160 Cm yang berdiri tegak. Batu yang terpisah dengan jarak 1,5 meter itu masing-masing berhias gambar. Batu itu sudah terpahat rapi, diperkirakan dari zaman prasejarah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemungkinan pahatan (gambar naga-red) dilakukan pada akhir masa Sunda Kuno sekitar abad ke 14-15 Masehi," imbuhnya.
Yang menarik, lanjut Ali, meski terletak di Jawa Barat, namun beberapa pahatan menunjukkan budaya yang kini kita sebut sebagai budaya Banyumasan.
"Pahatan kudi/kudhi dan figur seperti punakawan Bagong atau Bawor terdapat pada batu itu. Budaya Banyumasan antara lain mencakup yang kini menjadi Kabupaten Brebes dan Kabupaten Cilacap di Jawa Tengah. Situs ini memang terletak di puncak gunung di Kabupaten Kuningan yang berbatasan langsung dengan Brebes dan Cilacap," jelasnya.
Situs ini dikenal masyarakat lewat cerita dari mulut ke mulut. Di masa kini menjadi tempat mencari berkah dan pesugihan. Kampung terdekat berada 3 jam dari lokasi. Di tempat batu naga itu tak ada juru kunci.
"Kemungkinan situs ini pada masa lalu dipergunakan baik oleh masyarakat Jawa Barat maupun Jawa Tengah," jelasnya.
(ndr/fjp)