Berikut motif mutilasi seperti dirangkum dari arsip berita detikcom dan berita lain:
Utang Piutang
Alanshia alias A Liong, pelaku mutilasi di Ancol (detikcom)
|
Motif ini juga menjadi motif Astini, seorang warga Kampung Malang, Surabaya membunuh 3 tetangganya dalam kurun 1992-1996. 3 Tetangganya itu, yakni Rahayu yang mempunyai piutang sebesar Rp 1.250.000 dibunuh Astini pada Agustus 1992, Sri Astutik Wijaya yang dibunuh pada 1 November 1993 juga karena urusan piutang sebesar Rp 250 ribu dan Rp 300 ribu dan terakhir Puji Astutik yang menagih piutang Rp 20 ribu pada Februari 1996.
Dari ketiga korban, pengakuas Astini sama, mengaku sakit hati saat ditagih utang dengan kata-kata kasar. Astini sudah dieksekusi mati pada Maret 2005.
Motif ini juga terjadi pada mutilasi di Jepang. Ketiga pelaku menggunakan palu untuk memotong-motong jasad korbannya yang bernama Kazuyuki Kobayashi. Kemudian mereka memanggang sejumlah potongan tubuh korban sebelum membuangnya ke wilayah pegunungan di pinggiran Jepang pada Juli-Agustus 2011 lalu.
Kelainan Seksual dan Jiwa
Ryan dan korban-korbannya (dok detikcom)
|
Kemudian ditemukan 10 jasad korban pembunuhan lainnya di halaman belakang rumah di Jombang pada Juli 2008. Ryan kini tinggal menunggu detik-detik untuk dieksekusi mati saat upaya hukumnya meminta banding, kasasi dan peninjauan kembali ditolak Mahkamah Agung (MA).
Motif ini juga menjadi alasan Baekuni alias Babe memutilasi 14 bocah laki-laki di bawah usia 12 tahun. Mayoritas korbannya adalah anak-anak jalanan.
Babe membunuh dan memutilasi korbannya karena tidak mau diajak melakukan hubungan seksual. Bocah-bocah itu kemudian dicekik hingga tewas, disodomi kemudian dimutilasi. Babe juga divonis hukuman mati pada 2010 lalu.
Asmara Bercabang
Benget Situmorang pelaku mutilasi Darna (dok detikcom)
|
Dalam membunuh dan memutilasi Darna, Benget dibantu pembantunya Tini. Benget mengatakan membunuh Darna karena menuduh istrinya itu berselingkuh. Sementara tetangga dan keluarga Darna justru menuding Bengetlah yang berselingkuh dengan Tini dan selama ini kerap melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Motif ini juga mendasari Sri Rumiyati alias Yati tega memotong-motong suaminya menjadi 13 bagian yang ia letakkan di dalam 8 kantong kresek dan ditinggalkan di dalam bus Mayasari Bhakti jurusan Kalideres-Pulogadung. Kepada polisi, Yati mengaku membunuh suaminya karena hendak dipoligami tanggal 29 September 2008.
Suami Yati, Hendra, memang dikenal memiliki hobi nyentrik, yakni doyan kawin. Hendra bahkan dijuluki 'burung' oleh kawan-kawan profesinya, sopir truk. Sebelum memotong suaminya selama tiga jam, Yati membunuh terlebih dahulu saat suaminya sedang terlelap. Yati juga pernah mengaku merangkul kepala suaminya di dalam angkutan umum sebelum ditinggalkan di bus Mayasari.
Pun yang mendasari Widi Widayat alias Dayat (55) akhirnya mengaku kepada polisi, telah memutilasi istrinya Tutik Widayanti (38) alias Martutik. Dayat emosi karena istrinya diduga selingkuh dengan sopir angkutan kota. Dayat dengan blak-blakan bercerita istrinya tega bercinta dengan selingkuhannya di tempat tidur rumah kontrakan mereka di Dusun Ponalan, Desa Taman Agung, Kecamatan Muntilan, Magelang.
Tersinggung dan Dendam
Ilustrasi (trendhunter.com)
|
Dendam juga terjadi pada mutilasi Yulius Alexander pada Juli 2005 lalu. Yulianus dibunuh keempat temannya karena teman-temannya kesal Yulius tak membela rekan mereka yang satu suku dan malah membela suku lain dalam kasus percekcokan.
Halaman 2 dari 5