"Relief naga terlihat jelas pada batu tegak tersebut. Naga itu memiliki semacam jambul dan buntutnya dipegang oleh seseorang yang memegang senjata tajam. Selain itu terdapat pahatan berupa dua ekor burung," jelas Ketua Masyarakat Arkeologi Indonesia (MARI) Ali Akbar dalam keterangannya, Kamis (14/3/2013).
Batu itu dikeramatkan warga. Tim MARI dan Pemkab Kuningan bekerjasama mengungkap misteri batu bergambar naga itu. Untuk mencapai lokasi batu itu cukup jauh, sekitar 3 jam melewati hutan lebat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain batu gambar naga itu, ada batu lainnya. Batu itu sama dengan batu gambar naga setinggi 1,6 meter. Kedua batu berjarak 1,5 meter.
"Jadi dua batu tegak ini berada di utara dan seakan menyambut peziarah yang ingin melangkah masuk ke dalam. Di bagian selatan terdapat batu-batu besar seperti membentuk altar dan di atasnya terdapat gentong dari tanah liat," jelasnya.
Baik batu gambar naga dan batu lainnya, diperkirakan berasal dari zaman prasejarah. Batu tulis yang dimaksud masyarakat itu, dalam ilmu arkeologi disebut menhir, men artinya batu dan hir artinya tegak. Menhir lazim dijumpai pada masa prasejarah. Namun, menhir di Jabranti ini dihias atau dipahat sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk-bentuk tertentu.
"MARI akan terus melakukan survei dan ekskavasi arkeologi untuk mengetahui makna dari pahatan-pahatan tersebut. Selain itu fungsi peninggalan purbakala tersebut juga ingin diketahui lebih lanjut. Dugaan awal, relief pada batu tegak digunakan sebagai ajaran religi bagi umat masa prasejarah yang ingin berdoa di puncak gunung," imbuhnya.
(ndr/mad)