"Dalam kesempatan ini disampaikan berbagai gagasan cemerlang dari ilmuwan-ilmuwan Indonesia untuk masa depan," demikian Ketua Panitia Dr. Johny Setiawan.
Berikut ini gagasan-gagasan yang telah dituangkan menjadi rekomendasi dari simposium yang berlangsung selama dua hari di Berlin, seperti disampaikan Co-chair Victoria Lelu Sabon kepada detikcom, Senin (11/3/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemetaan pangan untuk komoditas unggulan maupun komoditas substitusi sebagai solusi dalam program pengurangan ketergantungan pada beras dan pengembangan makanan alternatif.
Mendorong pembuatan regulasi perundang-undangan mengenai ketahanan pangan yang di dalamnya mengatur dengan jelas fungsi-fungsi lembaga terkait, dan perlu ditanamkan pendidikan nutrisi yang dapat dilakukan melalui Posyandu atau dapat dilakukan secara langsung oleh masyarakat sendiri.
Ketahanan Energi
Rekomendasi untuk jangka menengah (5-10 tahun): transfer teknologi energi baru dan terbarukan, pembuatan peta distribusi energi, pembentukan satuan tugas untuk energi baru dan terbarukan, serta menciptakan Corporate Social Responsibility/CSR (Tanggungjawab Sosial Perusahaan), yang fokus pada energi terbarukan.
Untuk jangka panjang (20-25 tahun) antara lain: Dewan Energi Nasional (DEN) perlu lebih dioptimalisasikan, penguatan mix-energy di Indonesia 50% untuk energi terbarukan, regulasi komprehensif untuk energi terbarukan (UU, bukan hanya di tingkat Keppres).
Peningkatan investasi bagi Research & Development untuk kemandirian energi nasional, serta pengembangan sel surya dan tenaga angin, dan perlu dimasukan ke dalam kurikulum tentang energi terbarukan.
Perlindungan Iklim
Rekomendasi untuk perlindungan iklim antara lain adalah usaha meningkatkan kesadaran publik terhadap perubahan iklim melalui cara salah satunya dengan membuat sumur-sumur biopori untuk menampung air hujan.
Selain itu mengkoordinasikan konsep REDD+ (Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan Plus) di tingkat daerah dan nasional, dan membentuk green economy yang berkarakter Indonesia dengan mencontoh beberapa negara berkembang yang telah sukses menerapkannya.
Di samping itu juga usaha untuk memasukkan unsur garis pangkal dan batas terluar zona maritim Indonesia ke dalam United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut, red).
Mitigasi Bencana
Beberapa upaya untuk menanggulangi permasalahan gempa di Indonesia, yaitu: mendorong pengiriman pelajar Indonesia ke luar negeri untuk mempelajari ilmu terkait dengan penanganan bencana, penyediaan fasilitas riset memadai untuk mengatasi bencana dan bekerjasama dengan luar negeri.
Peningkatan edukasi mitigasi bencana langsung kepada komunitas lokal, membangun skema proyek dengan pemerintah sebagai fasilitator secara langsung, serta membangun kerjasama internasional untuk trauma kesehatan.
Semua paparan ilmiah yang telah dipresentasikan dalam simposium ini akan dikumpulkan dalam sebuah buku dan akan diterbitkan pada Mei mendatang untuk memperingati 105 tahun Kebangkitan Nasional," terang Atase Penididikan dan Kebudayaan RI di Berlin Prof. Dr. Agus Rubiyanto.
Wakil Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia Sanusi Satar mengapresiasi berbagai presentasi oleh para ilmuwan muda Indonesia yang sangat penting dan membuka banyak peluang bagi Indonesia untuk membangun kerjasama di bidang ketahanan bumi dengan berbagai negara tempat para ilmuwan muda Indonesia berkarya.
Kegiatan ini menjadi salah satu cara kami Diaspora Indonesia untuk berkontribusi bagi Indonesia saat ini dan masa mendatang. Kami berharap pemerintah bersedia menerima berbagai gagasan positif yang membangun dari para Diaspora Indonesia di luar negeri, ujar dr. Tik Tan, seorang Diaspora Indonesia di Negeri Belanda.
Lebih dari 35 karya ilmiah ditujukan untuk membahas topik ini telah disampaikan oleh Diaspora Indonesia yang tinggal di Jerman, Inggris, Federasi Rusia, Prancis, Belanda, Australia, India, Austria dan Republik Ceko.
Para cendekiawan dari Indonesia juga telah berpartisipasi dalam simposium yang berlangsung selama dua hari di Berlin, (2-3 Maret 2013).
Simposium terselenggara atas kerjasama KBRI Berlin, Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional, Pusat Teknologi Oseanografi dan Kelautan Universitas Surya, Jaringan Diaspora Indonesia Jerman, dan PPI Eropa. (es/es)