"Kalau kecewa manusiawi. Ada harapan yang ingin saya dapatkan tetapi tidak saya dapatkan, otomatis ada kekecewaan," jelas Rustri seperti dikutip dalam wawancara dengan majalah detik, Senin (11/3/2013).
Rustri mengaku sejak mahasiswi tahun 1980-an berkarier sebagai kader PDIP. Hingga kini sudah 27 tahun dia memakai baju merah. Rustri paham kesetiaan tak selalu berbuah manis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rustri juga enggan ketika sejumlah partai seperti Gerindra, PPP, PKS, PKB, Hanura, dan PKNU siap mengusungnya menjadi Cagub. Rustri tetap mempertahankan kesetiannya kepada partainya.
"Ada peran yang harus saya tuntaskan sampai akhir, waktu terakhir, adalah soal bangunan kesetiaan tadi yang saya katakan. Kalau saya tidak setia, berangkat dengan partai lain, berarti saya merusak bangunan yang saya susun sendiri, yang saya sediakan untuk dilihat masyarakat atau pendukung saya. Tentu itu tidak sehat bagi pendukung saya," jelasnya.
Berandai-andai, apa yang dicita-citakan Rustri bila dia menjadi gubernur? "Sejak tahun 2000, yang saya lihat adalah perlunya tata kelola pemerintahan yang bersih dan baik. Lebih tajam lagi, tata kelola yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Untuk itu perlu dibangun dengan berbagai pendekatan yang harus dilakukan. Kalau kita melihat tata kelola good governance itu kan ada akuntabilitas, masalah transparansi, efektif dan efisiensi, responsibilitas semuanya ada sepuluh prinsip," jelasnya.
Untuk cerita lengkap soal Rustriningsih silakan baca Majalah Detik edisi terbaru.
(ndr/ndr)