Mutilasi, Bisa Dipicu Faktor Lingkungan, Pertemanan & Masa Lalu Si Pelaku

Mutilasi, Bisa Dipicu Faktor Lingkungan, Pertemanan & Masa Lalu Si Pelaku

- detikNews
Minggu, 10 Mar 2013 09:43 WIB
Jakarta - Selain belakangan akhirnya diketahui melakukan mutilasi, Benget Situmorang (36) dikenal sebagai orang yang galak dan kerap main tangan pada orang dekatnya. Faktor masa lalunya berupa lingkungan dan pertemanan dinilai turut mempengaruhi pembentukan karakternya saat ini.

"Faktor masa kecil bisa berpengaruh pada prilaku Benget saat ini. Selain itu lingkungan dan pertemanan juga turut menjadi salah satu faktornya," kata kriminolog Erlangga Masdiana saat berbincang dengan detikcom, Minggu (10/3/2013).

Sebelum melakukan pembunuhan dan mutilasi pada Darna Sri Astuti, Benget diketahui pernah melakukan kekerasan pada mantan istrinya, Roinih yang mengaku kerap dipukul bahkan pernah dicekik hingga hampir meninggal. Selain itu, Trianto Ketua RT 06/09, Ciracas, tempat Benget tinggal mengakui sering mendapatkan laporan dari warga karena ia kerap mabuk-mabukan dan membawa golok jika marah-marah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Walaupun Benget mengaku motif pembunuhannya karena rasa cemburu terhadap korban, namun Erlangga menilai cemburu tidak bisa dijadikan alasan tunggal. "Tidak bisa karena orang cemburu, lalu diikuti tindakan pembunuhan. Ada orang yang cemburu namun tidak melakukan kejahatan samapai pada tahap memutilasi," ujarnya.

Senada dengan Erlangga, psikolog forensik Yusti Probowati melihat Benget memiliki gangguan emosional. melihat seringnya ia memberikan sikap reaktif negatif pada orang-prang sekitar seperti marah-marah bahkan memukul.

"Dia memiliki gangguan dalam pengelolaan emosinya sehingga selalu melakukan penyerangan pada orang lain," ujarnya.

Dalam pembentukan karakter seseorang, Yusti menilai faktor keluarga adalah yang utama. Pembentukan karakter diawali dari tahap pendidikan di keluarga.

"Setiap orang dibentuk dari rumah. Anak itu mengalami berbagai macam gangguan itu kan paling awal asalnya dari rumah. Jika tidak tertangani dengan baik, itu menjadi potensi gangguan dalam masyarakat," ujarnya

Jika bentukan masa lalu seseorang terbiasa dengan hal-hal berbau kekerasan, lanjut Yusti, maka ia akan terbentuk menjadi orang yang kasar, mudah marah serta ringan tangan. Sebab ada pada masing-masing orang, penyebab ketidakstabilan seseorang sebenarnya ada pada pribadi terkait. Itu bisa disebabkan oleh keluarga, lingkungan bahkan figur yang menjadi role model.

"Jika pengelolaan emosinya baik, maka semuanya bisa dibicarakan," tutupnya.

(fjr/fjr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads