Tidak Dapat Rekomendasi Nyagub, Rustriningsih Sibuk Balas SMS dan Telepon

Tidak Dapat Rekomendasi Nyagub, Rustriningsih Sibuk Balas SMS dan Telepon

- detikNews
Sabtu, 09 Mar 2013 01:16 WIB
Semarang - Jumat (8/3/2013) jam digital di ponsel sudah menunjukkan angka 11.17 WIB. Sebuah Toyota Camry 2.500 cc bernomor polisi H 5 memasuki halaman rumah berarsitektur indies bercat putih di Jalan Rinjani 1, Semarang. Sesosok perempuan berkerudung dan batik coklat turun dari mobil itu, ia langsung menyapa semua yang ada di halaman rumah itu.

"Wah maaf, sudah lama menunggu ya? Tadi ada acara Kanwil Kemenkumham," sapa Rustriningsih kepada para tamunya di rumah dinas Wakil Gubernur Jateng, Jl Rinjani nomor 1 Semarang, Jumat (8/3/2013).

Ia kemudian berjalan ke bagian belakang, dimana suaminya Soni Ahmad Shaleh Nurjatno Ashari sedang berbincang dengan Rustrianto, adiknya. Mereka bercanda dengan sangat akrab, jauh dari pembicaraan politik dan gagalnya Rustriningsih mendapatkan rekomendasi PDIP untuk Pilgub Jateng 2013.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya kurangi dulu intensitas hiruk pikuk politik," tandasnya.

Selain kesibukan sehari-hari, kegiatan Rustri bertambah sejak diumumkan Rekomendasi hari Selasa (5/3) lalu. Kesibukan tersebut adalah membalas ratusan SMS, menerima telepon dan menemui tamu yang semuanya mengungkapkan kekecewaan terhadap keputusan rekomendasi.

"Ada yang telepon nangis-nangis, ada juga seorang kepala desa yang sampai sakit demam mendengar berita itu, terus satu mobil dari teman-teman difabel datang," ujarnya.

Bahkan dalam daftar buku tamu miliknya, tercatat hingga hari Minggu (10/3) besok sudah banyak yang mendaftar untuk bertemu.

"Beginilah mas keseharian saya. Tamu itu meningkat intensitasnya setelah saya memutuskan tidak maju dalam kontestasi pemilihan gubernur,"" kata Rustri.

Meski sibuk, ternyata Rustri tetap menyempatkan diri memanjakan tiga anaknya. Hal itu terlihat ketika anak bungsunya Muhammad Nafi Bhagaswara (3) tiba-tiba menangis. Dengan sigap sang ibu segera menggendongnya dan meraih boneka untuk menghibur hingga akhirnya Nafi tenang dan tertidur.

Kewajibannya sebagai seorang istri pun tidak ia lupakan. Saat makan siang, Rustri melayani suaminya yang baru saja pulang dari ibadah Sholat Jumat dengan mengambilkan lauk berupa sayur lodeh, sayur bobor dan ikan kembung goreng.

Dukungan terhadap Rustri terus bedatangan hampir tanpa jeda. Bahkan saat menikmati santap siang bersama keluarga, telepon selulernya terus berdering karena telepon dan SMS yang menunjukkan rasa simpati.

"Saya sendiri tidak menyangka responnya seperti ini," tandasnya.

Sosok Rustri dikenal oleh pendukungnya sebagai orang yang setia dan loyal terhadap partai yang sudah dicintainya sejak 27 tahun lalu, PDIP. Karier politiknya bersama PDI dimulai dari perlawanan kepada rezim Soeharto yang mencoba mematikan karier politik Megawati. Saat itu ia menjadi ikon perlawanan di daerah Kebumen, Banyumas dan meluas hingga Jawa Tengah. Seiring dengan kemenangan gerakan perlawanan itu, namanya mencuat secara nasional.

"Saya masih ingat, bagaimana ibu Megawati, dulu kami menyebutnya Mbak Mega, memerintahkan agar kami melakukan gerakan penggembosan terhadap PDI. Ketika sukses, maka PDI kemudian berganti nama menjadi PDI Perjuangan," ujar Rustri.

Kemudian ia menjabat sebagai bupati Kebumen dan mulai menapaki karier politiknya sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah pada tahun 2008.

Namun saat Rustri sudah siap melanjutkan karier politiknya dengan melangkah di Pilgub Jateng 2013, secara tidak terduga rekomendasi PDIP diberikan kepada Ganjar Pranowo dan Heru Sudjatmoko.

Rustri pun saat ini masih melakukan evaluasi diri terhadap kesetiaannya selama 27 tahun kepada PDIP. Dan ia bertekad untuk menempuh jalur pemberdayaan masyarakat. Menurutnya dengan kerja riil, diharapkan bisa menginspirasi masyarakat.

"Saya tidak akan mendirikan ormas. Memangnya Rustriningsih itu siapa kok mendirikan ormas? Tapi saya masih pengin bisa kumpul-kumpul dan diskusi dengan mereka. Masyarakat yang mendukung saya," papar Rustri.

"Bagi saya, kefasihan membujuk masyarakat bukanlah suatu kefasihan jika ia tidak menggugah, memberi contoh, dan diikuti oleh masyarakat. Saat ini saya masih belajar bersama sahabat-sahabat tuna wicara, makin fasih bicara dengan perbuatan dan tidak memperburuk situasi karena banyak bicara," katanya.

(alg/ahy)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads