"Kasus mutilasi yang mayat korbannya dibuang berceceran di Tol Cawang diduga sebagai sebuah gambaran bahwa pelaku ingin show of force pada pihak tertentu. Melihat fakta-fakta di lapangan, pihak yang terlibat dalam kasus mutilasi ini diperkirakan lebih dari satu orang," ujar Neta melalui siaran persnya yang diterima detikcom, Rabu (6/3/2013).
Neta menduga bagian dari potongan tubuh yang berada di depan gedung Badan Nasional Narkotika (BNN) memiliki pesan tertentu. Ia meihat kemungkinan pelaku dari arah Jakarta keluar tol di Bekasi lalu kembali lagi ke tol Cawang dan membuang potongan korbannya di depan BNN.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus show of force yang dimaksud Neta ini tercatat pernah terjadi di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, pada tahun 1985. Lalu ada juga kasus serupa pada tanggal 29 September 2008, potongan tubuh manusia ditemukan di dalam bus umum. Pelaku kedua kasus ini belum tertangkap hingga saat ini.
"Kasus show of force seperti ini pernah dua kali terjadi. Pertama, kasus mayat potong 13 yang dimasukkan dalam dus besar dan dibuang di pusat keramaian di kawasan Setia Budi di Jalan Sudirman, Jakarta Selatan. Peristiwa tahun 1985 itu menjadi kasus mutilasi pertama di Indonesia. Kedua, pada 29 September 2008, mayat potong 13 ditemukan dalam dua kantong plastik di bus Mayasari Bhakti P 46 jurusan Pulogadung-Kalideres. Kedua kasus ini tidak terungkap," ujar Neta.
Namun Neta mencatat, penemuan potongan tubuh wanita di Tol Cawang berbeda dengan dua kasus di atas. Dengan membuang potongan korban di dekat institusi hukum, diduga pelaku mencoba menantang polisi.
"Bedanya, dalam kasus 5 Maret 2013, potongan mayat tersebut sengaja dibuang berceceran di jalanan umum. Sepertinya, pesan yang ingin disampaikan pelaku adalah menunjukkan kekuatan pada pihak tertentu atau sengaja hendak 'menantang' polisi, mampu atau tidak mengungkap kasus ini. Di Bekasi, sejak tahun 2007 ada empat kasus mutilasi, dan hanya satu yang terungkap," tutup Neta.
(vid/try)