Perdana Menteri Malaysia Najib Razak menyatakan, tak ada pilihan lain kecuali memberantas kelompok yang menjadi ancaman keamanan terbesar bagi Malaysia saat ini. Militer Malaysia mengerahkan pesawat tempur F-18 dan Hawk untuk mengusir para militan yang menduduki desa Tanduo di Sabah. Serangan udara tersebut kemudian dilanjutkan dengan serangan darat oleh tentara Malaysia.
"Semakin lama invasi ini berlangsung, menjadi semakin jelas bagi otoritas setempat bahwa para penyusup tersebut tidak berniat meninggalkan Sabah. Pemerintah harus mengambil tindakan tegas demi menjaga martabat dan kedaulatan negara maupun melindungi rakyat," ujar PM Najib seperti dikutip kantor berita Bernama dan dilansir AFP, Selasa (5/3/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terdengar beberapa suara ledakan di wilayah Tanduo. Nampaknya terjadi pemboman yang cukup intens selama kurang lebih satu setengah jam," tutur seorang reporter media Malaysia yang ada di lokasi dalam sambungan telepon kepada AFP.
Para militan pengikut Sultan Sulu ini tiba di wilayah Sabah, Malaysia dengan menumpang kapal dari Filipina pada 12 Februari lalu. Mereka mengklaim wilayah Sabah sebagai milik Kesultanan Sulu dan menginginkan adanya renegosiasi ulang mengenai 'sewa' wilayah Sabah oleh pemerintah Malaysia.
Begitu tiba di Sabah, militan ini langsung melancarkan serangan terhadap polisi dan militer Malaysia yang ada di Sabah. Hal ini ditanggapi serius oleh pihak Malaysia yang langsung mengepung mereka. Namun sayangnya, bentrokan ini memakan korban jiwa.
Dilaporkan sedikitnya 19 anggota militan Sulu dan 8 anggota kepolisian Malaysia tewas dalam bentrokan yang sempat diwarnai baku tembak sebanyak dua kali tersebut. Menanggapi konflik ini, Presiden Filipina Benigno Aquino menyerukan kelompok militan Sulu tersebut untuk menyerah tanpa syarat secepatnya.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini