Diawali dengan keputusan pergantian pengurus, yang mengantarkan pengusaha dan pemilik kelompok Media Indonesia, Surya Paloh, menjadi ketua umum. Lantas disusul mundurnya Ketua Dewan Pakar Hary Tanoesoedibjo dan sejumlah pengurus pusat serta daerah.
Tapi Surya mengatakan partai ini didirikan dengan grand design oleh dirinya. By design pula, semua orang yang mengurus harus mengundurkan diri. βAda teken yang kita tidak bisa published itu, dan ini baru pertama kali saya ucapkan kepada kalian,β kata Surya kepada Andree Priyanto, Dimas Adityo, Basuki Nugroho, Raisya Maharani, Choirul Anam, dan pewarta foto Ary Saputra dari Harian Detik pada pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa persiapan yang telah dilakukan oleh NasDem terkait dengan Pemilu 2014?
Saya pikir memang selayaknya partai yang secara resmi ditetapkan oleh KPU ikut Pemilu 2014 harus segera melakukan konsolidasi secara efektif. Sebab, kalau tidak, waktu yang sudah ditetapkan itu tidak mungkin diisi dengan sesuatu yang tidak memberikan asas manfaat sepenuhnya bagi tujuan keikutsertaan partai dalam pemilu. Konsolidasi tersebut, ya, dengan rapat kerja di setiap wilayah. Persiapan penjaringan calon legislator juga dimulai.
Progresnya sudah sejauh mana?
Pertama, partai ini sudah mampu melakukan penetrasi dalam memiliki kemampuan jaringan dan infrastruktur partai yang bukan terbatas di pusat, tapi juga di kecamatan. Bahkan kita targetkan hingga April ini tak ada satu desa pun yang tidak memiliki kantor kepengurusan NasDem di Indonesia. Kurang-lebih ada 79 ribu desa ada di Indonesia. Jadi, kalau bisa dicapai pada akhir April ini, akan menjadi prestasi dalam penetrasi konsolidasi partai.
Yang kedua, bagaimanapun, kita memahami budaya bangsa kita yang belum bergeser dari budaya paternalistik. Suka atau tidak suka, kita tidak bisa mengesampingkan faktor ketokohan atau figur yang kita ajak serta di setiap strata dalam kehadiran partai di setiap wilayah kabupaten dan kota. Tentunya kita harus mengedepankan aspek elektabilitas tokoh itu.
Ketiga, kita berjuang mengajak pihak-pihak membentuk opini, apakah itu media konvensional, dunia pertelevisian, cetak, dan social media. Karena, sebagai partai baru dengan tema gerakan perubahan restorasi Indonesia ini, bolehlah asam-asam pedas. Kadang orang akan berpikir, ini jangan-jangan hanya akan berhenti pada jargon semata. Tidak lebih dari itu, sama dengan sembilan partai yang sudah eksis selama ini, habis manis sepah dibuang, janji-janji di bibirmu semata.
Nah, ini yang sedang diperjuangkan NasDem untuk menjelaskan bahwa arti keberadaan partai ini tidak dimaksudkan menambah jumlah partai yang sudah ada, juga bukan hanya ikut peserta pemilu. Bahkan bukan dengan mimpi yang hanya lolos parliament threshold 3,5 persen supaya ada sejumlah anggota parlemen.
Partai ini sadar bahwa situasi dan tantangan bangsa ini sudah mengarah pada national distrust. Masyarakat kecewa terhadap partai politik. Mereka memiliki judgment bahwa partai politik ini hanya ingin mengambil hak protokoler yang ada pada mereka, fungsi-fungsi konstitusional itulah yang berhak mereka miliki tapi tidak menyertakan kewajiban-kewajiban.
Bagaimana kewajiban melihat proses kemajuan berbangsa dan bernegara, melihat kemampauan peran partisipasi publik semakin hari semakin melemah terhadap semua kebijakan formal dan kebijakan publik. Partai politik tidak risau dengan hal ini. Orang tidak bayar pajak, partai politik tidak risau, bahkan tidak risau ketika KPK perlu mengutus timnya ke luar negeri untuk memeriksa Sri Mulyani, urusannya apa?
Di mana equality before the law, kalau Sri Mulyani orang biasa, pertanyaannya, KPK datang atau enggak ke sana? Ini kan seharusnya menambah kerisauan kita.
Tiba-tiba tokoh politik dijadikan tersangka korupsi, berbondong bondong seluruh tokoh masyarakat datang ke rumahnya memberi empati. Ada apa di negeri ini?
Sebelum dia kena kasus, tidak ada empati itu. Ini fenomena baru di negeri ini, dan NasDem mencatat ini sebagai pemikiran yang harusnya menjadi perenungan, kontemplasi, ada apa?
Lalu apa strategi Anda supaya masyarakat tak berpandangan NasDem sama saja dengan yang lain?
Di samping adanya langkah atau program konkret NasDem dalam mendeskripsikan gerakan perubahan yang dilakukan, ada unsur-unsur keteladanan yang harus diberikan oleh pemimpin partai ini. Keteladanan yang dimaksudkan adalah memberikan konsekuensi bahwa ucapan dan perbuatan itu sejalan, tidak bertentangan. Jangan terlalu mudah mengobral janji ketika tidak bisa menepati itu. Jangan sok moralis ketika kita masih suka bermain dengan hipokrasi.
Apa perubahan spesifik yang ditawarkan NasDem?
Yang barangkali perlu kita jelaskan kepada masyarakat, mereka mau berubah atau tidak? Jangan tanya apa yang harus diubah. Kalau masyarakat sudah merasa nyaman, apa yang ingin diubah? Karena ini bagian dari misi partai politik, salah satunya upaya konsisten dari waktu ke waktu untuk melaksanakan apa yang dimaksudkan dengan political education. Pendidikan politik tidak meng-entertain masyarakat, tidak hanya ingin mengejar popularitas. Kadang- kadang memang harus menanggung risiko sebagai hal yang kontroversial, bahkan menimbulkan polemik, tapi itu adalah risiko.
Apa langkah konkret Partai NasDem? Bagaimana dengan kontrak politik untuk para calon legislator agar tak melenceng dari tujuan utama?
Berdasarkan pengalaman yang ada, apakah itu kontrak politik ataupun pakta integritas akan berhenti di situ saja. Kita ingin menyentuh mata hati dan nurani para calon legislator. NasDem adalah partai kaum pergerakan, yang harus menyeimbangkan profesionalitas dan moralitas. Tak ada artinya cendekiawan, doktor, ulama, atau bergelar PhD kalau tidak memiliki konsistensi dan semangat moralitas yang menyertai profesionalitas.
Bagaimanapun, dibutuhkan keteladanan dari siapa pun yang menjadi pemimpin. Keteladanan itu ketika dia siap memberikan semangat pengorbanan yang lebih besar daripada orang yang dipimpin.
Berarti enggak ada semacam kontrak politik atau pakta integritas?
Ada pasti. Tapi sudah cukup kan peraturan perundang-undangan. Kita sering main-main yang tambah-tambah pakai pakta integritaslah, apa ceritanya. Sebenarnya itu hanyalah kosmetik kulit. Pendidikan politik di NasDem yang pertama, dia tidak tertarik membicarakan masalah calon presiden atau calon wakil presiden.
Sebagai partai baru, NasDem harus melihat hasil elektabilitas pada pemilu legislatif. Kalau nomor 4, dipastikan NasDem tidak akan ikut mencalonkan presiden dan wakil presiden. Harus di antara 1, 2, atau maksimal 3. Ini pendidikan politik! Jangan baru 2,3 persen sudah sibuk dengan calon wakil presiden.
Parliamentary threshold seharusnya 5 persen ke atas, tapi kan mereka takut. Hasil rendah tapi dia ingin jadi capres dan dia adalah ketua umum partai, lalu majulah dia jadi calon. Apakah seperti ini pantas? Menurut saya, ini bagian dari asas kepantasan. Ini asas kepatutan.
Kalau seumpama presidential threshold diketok 20 persen?
Harusnya lebih tinggi dari 20 persen. Kalau partai enggak laku, masak mau jadi presiden. Ini kan moralitas kita.
Target Partai NasDem berapa persen?
Mungkin kalian bisa menertawakan, tapi sejujurnya NasDem menargetkan sebagai pemenang pemilu.
Agar cita-cita itu tercapai, apa langkah konkret NasDem?
Pertama, dia tidak boleh melakukan langkah-langkah yang sudah dijalankan partai terdahulu. Kedua, dia harus datang dengan inovasi yang lebih hebat. Langkah besar selanjutnya adalah infrastruktur partai.
Sekarang apakah sembilan partai yang lain itu sudah memiliki infrastruktur seperti infrastruktur yang dicapai oleh Partai NasDem? Apakah ada pengurus partai lain di 79 ribu desa 100 persen, mungkin 99 persen, karena mungkin ada yang terselip?
Siapa lawan politik yang paling berat?
Tidak elok kalau saya katakan. Kamu yang bertanya pasti sudah bisa menjawab pertanyaan kamu sendiri. Mana partai yang bisa bertahan dan tidak bisa bertahan pasti kamu tahu. Karena konsistensi NasDem ingin mengajak kompetisi dengan semangat harmoni, bukan saling melukai. Ketika Anda bertanya seperti itu, sudah bisa adinda jawab sendiri.
Tentang mundurnya beberapa kader NasDem, apa tanggapan Anda?
Partai ini didirikan dengan grand design oleh Surya Paloh, yang 43 tahun berkiprah di Partai Golkar dari jabatan yang paling rendah sampai jabatan paling tinggi. Dia tidak pernah ke partai lain. Dia katakan goodbye ke Partai Golkar bukan dengan perasaan sukacita, tentu ada romantisisme di sana.
Bayangkan, anak usia 15 tahun sudah terjun di partai politik dari tingkat paling bawah posisi ranting, anak cabang, hingga ketua dewan penasihat partai, yang anggotanya Aburizal Bakrie, Prabowo, Fahmi Idris, ada juga Hamengku Buwono. Dia bertarung sebagai ketua umum karena ada yang harus diperjuangkan. Partai itu tidak boleh semakin hari semakin jauh dari cita-cita partai itu didirikan.
Situasi pada waktu itu, pemerintah juga beranggapan mungkin kurang pas kalau Surya Paloh menjadi Ketua Umum Golkar. Jadi Surya berhadapan dengan Aburizal, juga pemerintah. Bagi Surya, this is the end kepada Golkar. Tapi ada daya energi di diri saya yang saya pikir harus digunakan.
Saya berusia 61 tahun, dulu mundur dari Golkar saat 59 tahun. Makanya saya pikir harus ada saluran politik. Nah, karena itulah saya melahirkan Nasdem sebagai ormas. Sekarang pun Nasdem masih organisasi kemasyarakatan yang sampai saat ini masih ada anggota dari partai lain.
Ada keinginan gagasan besar ini disalurkan, tidak hanya berhenti pada organisasi kemasyarakatan, tapi harus bisa memiliki kewenangan dan itu hanya bisa ditemui di partai politik. Maka lahirlah Partai NasDem. Nah, karena dalam proses perjalanan ada keinginan konsep gagasan ada yang namanya tim untuk menghantarkan masa verifikasi, ada tim yang dipersiapkan menghadapi pemilu.
Jadi memang by design semua orang yang mengurus harus mengundurkan diri. Ada teken yang kita tidak bisa published itu, dan ini baru pertama kali saya ucapkan kepada kalian.
Kok, harus mundur?
Karena harus dicari ketokohan. Dalam waktu tiga bulan harus menyelesaikan administrasi. Tuan-tuan kita di DPR tidak mau ada partai baru. Mereka bikin persyaratan unlogic yang akhirnya membuat mereka mabuk sendiri. Seratus persen provinsi, satu saja kalah, gugur, 75 persen kota, 50 persen kecamatan, kalau 1 persen kalah, itu gagal.
Karena instruksi dari meja ini tidak boleh satu kecamatan pun yang tidak ada kepengurusan, 100 persen semuanya harus ada. Dan terbukti, NasDem nomor satu hasil verifikasi KPU. Karena diatur dan didesain seoptimal mungkin. Tim ini dipersiapkan sekuat- kuatnya untuk seprofesionalnya mengantarkan itu.
Jadi mundurnya HT (Hary Tanoesoedibjo) tidak ada pengaruhnya?
Kalau kita anggap HT itu berpengaruh besar, tentunya hari ini NasDem mengatakan sudah surrender dia, tidak perlu ikut pemilu lagi. Sudah keluar yang namanya βMr in the rechtenβ, ketua dewan pakar. Lempar handuk saja kita.
Tapi kan bisa kalian lihat, Pak Hary Tanoe ada nafsu politik yang lebih tinggi, maka ke Partai Hanura, bikin Perindo dengan konsep yang sama. NasDem sedikit-banyak bolehlah sudah memberikan pelajaran berarti.
Pecah kongsi dengan HT dan kemudian diikuti dengan mundurnya pengurus lainnya menimbulkan pemikiran mengurus partai saja tidak bisa, bagaimana mengurus negara?
Saya terima itu. Kalau saya mau, HT bisa saja tidak keluar dari sini. Kenapa kok keluar? (Lebih lanjut Surya Paloh tak mau komentarnya dimuat. Off the record katanya).
Menyesal atau tidak HT telah bergabung ke NasDem?
Enggak boleh kita bicarakan itu. Urusan saya dan dia jangan kalian angkat. Enggak ada artinya. Itu namanya gorengan saham.
Sewaktu kampanye, dia mengklaim medianya banyak yang berjuang mengangkat partai lolos pemilu....
Ada. Tapi sebagian besar kan fotonya dia juga. Kalau itu yang diklaim, ada pengaruhnya. Kapan kau dikenal orang kalau enggak masuk NasDem?
Berapa cost politik Abang terkait dengan materi sehingga sampai semua kecamatan ada kepengurusan Partai NasDem?
Oh, tentu besar.
Soal NasDem yang katanya akan memberikan modal kepada calon legislator?
Yang pasti, tidak ada boleh sedikit pun pengeluaran biaya calon legislator dalam pencalonan mereka, tidak ada partai pungut biaya. Kasih tahu orangnya, maka akan saya kasih sanksi tegas, meskipun dari strata yang tinggi, baik DPR atau apa pun. Dulu pernah diutarakan caleg akan dibayar. Itu mispersepsi dalam pemikiran mereka bahwa seakan-akan caleg akan mendapatkan uang.
NasDem sedang berikhtiar bagaimana bisa membantu para caleg. Katakanlah alat peraga, metode kampanye, mempergunakan lembaga survei untuk mengetahui elektabilitas mereka. Terlalu dini kalau mengatakan ada Rp 5 miliar itu. Karena mungkin dulu ada tauke saja waktu itu makanya mikir gitu. Saya pikir itu sebenarnya adalah pendekatan yang salah jika dikonsumsi publik.
Partai ini adalah partai pergerakan, jadi tidak berpikir baru bisa jalan kalau ada uang. Logistik memang kita butuhkan. Kita tidak bisa mengingkari itu, tapi harus ada spirit, militansi, spirit, dan visi baru. Logistik itu akan memberikan sesuatu yang berarti bagi perjalanan partai politik.
Di NasDem sendiri apakah sudah ada rapat internal yang memutuskan nantinya siapa yang akan menjadi capres?
Belum, Abang belum terpikirkan itu. Di tengah-tengah ketidakpercayaan, saya ingin menyatakan saya tidak berpikir ke sana. Sejujurnya saya penuh konsentrasi memikirkan sebuah fenomena partai baru yang bisa masuk pemilu, dan nantinya toh pengakuan itu akan datang dengan sendirinya.
Kalau gagal, yang paling banyak harus mempertanggungjawabkan adalah pemimpin. Pemimpin tertinggi di partai ini adalah saya. Kalau berhasil, berarti keberhasilan ini karena kepemimpinan Bung Surya juga. Jangan pikirin capres.
Tapi kalau ternyata Partai NasDem dipercaya masyarakat dan mencapai tiga besar?
Kalau tiga besar, perlu kita pikirkan, tapi tidak otomatis. Saya harus melihat dulu elektabilitas dan kapabilitas. Kepentingan saya apa yang terbaik untuk Indonesia, bukan untuk Surya.
Apakah secara pribadi Abang punya?
Anggap saya ini sebagai capres, seumpama harga nominal itu cuma harga pas-pasan, kalau angka itu angka 6. Saya enggak mau negara ini dipimpin angka 6 kalau ternyata ada angka 7. Dan pasti saya akan marah jika dipimpin oleh yang di bawah angka 6. Cari yang lebih baik.
Ada upaya untuk meningkatkan dari 6 ke 7?
Ndak. Saya ingin berkonsentrasi di partai. Enggak bisa dua-duanya sekaligus. Saya sadar itu waktu terlalu singkat.
(nrl/nrl)