Bantuan yang diberikan tersebut, menurut Hague, berbentuk peralatan dan perlengkapan yang tidak mematikan (non-lethal). Sedangkan mengenai bantuan senjata kepada kelompok oposisi Suriah di masa mendatang, Hague menolak untuk menanggapinya.
Hague hanya menegaskan bahwa bantuan yang diberikan kepada oposisi Suriah hanya boleh berupa bantuan non-lethal dan bantuan teknis. Namun dalam wawancara dengan surat kabar Inggris, The Sunday Times, Presiden Assad menuding Inggris berniat untuk mempersenjatai kelompok oposisi Suriah yang mereka sebut 'teroris'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menanggapi pernyataan Assad tersebut, Menlu Hague menuding Assad tidak peka dan menyebutnya tengah 'berkhayal' karena tidak menyadari kondisi sebenarnya. Terlebih menurut catatan PBB, konflik di Suriah yang sudah berlangsung selama 23 bulan, sudah merenggut sekitar 70 ribu nyawa.
"Pria ini yang memimpin pembantaian. Kami, rakyat Inggris, adalah orang-orang yang memberi bantuan makanan dan tempat tinggal dan selimut untuk membantu orang-orang yang terusir dari rumah mereka sendiri dan terpisah dari keluarga mereka gara-gara dia (Assad). Kami adalah orang-orang yang memberikan bantuan medis demi merawat rakyat Suriah yang terluka dan menjadi korban dari tentara-tentara yang dikendalikan oleh pria ini (Assad)," ujar Hague.
"Assad berpikir dan diberitahu oleh orang-orang terdekatnya bahwa semua ini merupakan konspirasi internasional, bukan pemberontakan yang sebenarnya dan revolusi yang diiinginkan oleh rakyatnya sendiri," imbuhnya.
"Ini merupakan salah satu wawancana paling penuh khayalan yang pernah dilakukan oleh pemimpin negara manapun dalam era modern ini," cetus Hague.
(nvc/ita)