Kunjungan Tokoh Nasional Ke Rumah Anas Sarat Unsur Politis

Kunjungan Tokoh Nasional Ke Rumah Anas Sarat Unsur Politis

- detikNews
Selasa, 26 Feb 2013 15:53 WIB
Jakarta - Sejumlah tokoh politik dan nasional mengunjungi kediaman Anas Urbaningrum pasca pengunduran dirinya dari Partai Demokrat. Meski berlabel silaturahmi, kunjungan itu sangat sarat dengan muatan politis.

"Saya tidak tahu apa yang terjadi di dalam rumah Anas itu. Bisa jadi ini akan ada pembicaraan besar, karena Anas juga mengancam akan ada halaman-halaman berikutnya. Bisa jadi tokoh politisi Golkar kan datang juga, secara politis Golkar sebetulnya berseberangan dengan penguasa hari ini. Saya kira bisa jadi pembicaraan di dalam terkait isu politik besar yang menyangkut penguasa hari ini," kata Direktur Pusat Studi Sosial Politik (Puspol) Indonesia, Ubedilah Badrun.

Ubedilah menyebutkan hal ini usai acara diskusi 'Bersama Mengawal Pemilu 2014: Anak Muda Membendung Korupsi Politik 2013', di Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (26/2/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Ubedilah, pembicaraan itu bisa saja soal dugaan korupsi yang dilakukan oleh teman-teman Anas di Demokrat. Juga termasuk desakan agar Anas mau membeberkan informasi yang ia miliki.

"Iya, saya kira ke sana (kasus Century dan Hambalang), motifnya kalau di dalam politik itu kan ada istilah mati satu mati semuanya. Jadi saya kira kalau ada dorongan untuk membongkar kasus besar dalam politik itu hal yang mungkin terjadi. Itu bagian dari attacking politik. Bisa jadi juga permintaan para tokoh nasional membongkar sebenarnya apa yang terjadi kasus Hambalang, sebetulnya ingin membeberkan perkara ini secara clear. Apakah Cikeas terlibat hambalang? Termasuk juga Demokrat? Saya kira dalam politik sah-sah saja untuk melakukan itu," ujar dosen sosiologi politik tersebut.

Ubedilah meyakini Anas punya 'kartu As'. Ia berharap Anas berani membeberkan semuanya.

"Jadi saya melihat ini saling menyerang, sama-sama punya kartu As. Yang dilakukan KPK secara hukum benar, tapi di dalam perkara Anas ada perkara politik. Di mana Anas punya kartu As di persoalan Hambalang, karena memang jika buka-bukaan ini terjadi maka saya kira kiamat datang ke Demokrat. Saya kira menarik ini jika Anas mau jujur. Kalau akademisi seperti saya, saya mau Anas jujur, mengatakan apa yang terjadi," tutup Ubedilah.

(vid/mok)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads