Berdasarkan informasi yang dihimpun di Singkawang, Minggu (24/2/2013), tatung adalah seseorang yang menjadi perantara untuk roh-roh agung menurut kepercayaan Tionghoa. Sebelum menjadi perantara, orang tersebut dinamakan pangtung. Tidak bisa sembarang orang untuk menjadi pangtung, hanya orang-orang pilihan.
Dalam festival cap go meh, tatung duduk atau berdiri di atas serangkaian senjata tajam yang membentuk tempat duduk dan dipikul sekitar 10 orang. Ada yang hanya sekedar duduk di mata pisau tersebut, ada yang berdiri di atas mata pisau dengan sebilah besi menembus pipinya, dan ada juga tatung yang duduk sambil menghirup kemenyan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Singkawang kini disebut sebagai satu-satunya kota di dunia yang masih menggelar pawai tatung dalam perayaan cap go meh. Hal ini disebut sejak terjadi revolusi budaya di Cina pada zaman Mao Tze Dong yang melarang aksi tatung.
"Tatung dilarang Mao Tze Dong pada saat revolusi budaya di negeri Cina. Mungkin Singkawang menjadi satu-satunya daerah yang menggelar tatung dalam festival cap go meh," kata Gubernur Kalimantan Barat Cornelis.
Tatung-tatung ini tampak memiliki kesadaran yang tipis dan tidak ada darah sama sekali yang keluar dari tubuh mereka, mirip dengan debus dari Jawa. Pakaian khusus mirip pakaian sejumlah dewa dalam kepercayaan Tionghoa dikenakan para tatung. Namun tatung dari Dayak juga ikut meramaikan dengan pakaian khas Dayaknya.
Warga Singkawang tidak ingin melewati perayaan setahun sekali ini dengan menyiapkan kursi-kursi dan tikar di depan rumah mereka untuk menunggu rombongan pawai tatung melewati rumah mereka. Karnaval cap go meh di Singkawang akan ditutup dengan pembakaran naga dari kertas dan dibuang ke laut sebagai bentuk tolak bala.
Aksi ratusan tatung yang diarak keliling kota amoi ini menjadi peristiwa langka di Singkawang yang diharapkan oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono sebagai salah satu komoditas peningkatan ekonomi masyarakat Singkawang.
(vid/mok)