"Sejak November 2012, RS Fatmawati sudah menerima pasien KJS, spesifiknya saya tidak bisa jawab, tapi mengalami peningkatan, memang iya. Dari sehari ada pasien IGD itu 100, sejak KJS, bisa 400 orang, jadi mengalami peningkatan sebesar 100 persen." ujar Atom Kadam, Kepala Humas RSUP Fatmawati saat ditemui detikcom di RSUP Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat (22/2/2013).
Menurut Atom, peningkatan yang cukup pesat tersebut memang membuat operasional Rumah Sakit menjadi lebih sibuk. Akan tetapi RS Fatmawati hingga saat ini mengaku masih belum kekurangan stok obat-obatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Efek lain dari KJS tersebut adalah banyak pasien yang harus rela mengantri di IGD, karena jumlah kamar yang tidak memadai.
"Sebenarnya sejak sebelum KJS memang Fatmawati (kamar) selalu penuh, tapi sejak ada KJS, jadi makin penuh, makanya pasien yang antri di IGD jadi stagnan karena jumlah kamar yang tidak memadai," kata Atom.
Apakah ada keluhan dari para pasien?
"Pasti. Pasti ada, karena kondisi juga sudah tidak tertampung lagi, jadi mau tidak mau harus dirujuk ke RS lain," terang Atom.
Menurut Atom, hal yang perlu dibenahi di dalam sosialisasi KJS adalah sistem. Pembenahan harus dimulai dari tingkat puskesmas, hingga Rumah Sakit rujukan yang lebih besar.
"Menurut saya, sistem rujukan yang perlu diperbaiki, itu ada tingkatan, dari puskesmas, RSUD, baru ke RS rujukan, yang satu tingkat di atasnya," jelasnya.
(rni/gah)