Cegah Gizi Buruk di Jakbar, Peran Posyandu Ditingkatkan

Cegah Gizi Buruk di Jakbar, Peran Posyandu Ditingkatkan

- detikNews
Jumat, 22 Feb 2013 08:49 WIB
Jakarta - Empat balita saat ini tengah dirawat di RSUD Cengkareng karena menderita gizi buruk. Menanggapi hal itu, Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat akan tingkatkan peran posyandu di wilayah Jakarta Barat. Dan berikan pengarahan ke kader Posyandu dengan berikan KMS.

"Langkah preventif untuk mencegah terjadinya kasus gizi buruk pihaknya akan meningkatkan peran Posyandu yang tersebar di tiap RW. Dan Kader Posyandu kita berikan Kartu Menuju Sehat (KMS), yang terdapat tabel kesehatan si bayi," kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Widyastuti, kepada wartawan, Kamis (21/2/2013) malam.

Widyastuti mengatakan, KMS merupakan sebagai upaya kontrol gizi si bayi. Nantinya dalam kartu tersebut akan terdapat tiga warna, hijau, kuning, dan merah. Jadi nanti akan terlihat jika seorang bayi dalam keadaan sehat maka ada di zona hijau. Jika obesitas di zona kuning, dan kalau sudah mengalami gizi buruk maka sang bayi ataupun balita ada di zona merah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Nah, Jika sudah ada di zona kuning dan merah, maka petugas Posyandu akan membawa ke Puskesmas dan dimasukan ke Poli Manajeman Terpadu Balita Sakit (MTBS), yang ada di puskesmas kecamatan, jika sudah parah akan dimasukkan ke Pusat Pemulihan Gizi, yang sudah ada di empat Puskesmas kecamatan, yakni Kembangan, Kebon Jeruk, Tambora, dan Kali Deres,” ujarnya.

Widyastuti mengakui, minimnya pengetahuan orang tua terhadap pola pengasuhan anak dan keengganan orang tua untuk memeriksakan bayi karena malu itu juga jadi kendala kenapa gizi buruk masih ada.

“Ada orang tuanya yang prioritas pada diri sendiri tapi terhadap anak tidak, dan kebiasaan di mana di dalam keluarga makanan enak harus orang tua, ada juga karena masalah ekonomi,” ujar Widyastuti

Jadi untuk kasus 4 balita yang dirawat di RSUD Cengkareng, Widyastuti, mengatakan keempat balita tersebut bukan merupakan kasus gizi butruk murni, melainkan adanya penyakit penyerta. Sehingga, membuat kondisi si bayi semakin mengalami kekurangan asupan gizi akibat penyakit yang diderita.

“Bayi-bayi tersebut kan ada yang diiringi penyakit paru-paru, tuber (TB), dan diare,” ujarnya.

“Ditambah saya juga dapat laporan, ada yang dari luar kota, bayi itu juga mengalami penyempitan lambung, sehingga tidak bisa menerima makanan, seharusnya sejak lahir dia sudah dioperasi, tapi malah dibawa ke Jakarta,” ujarnya lagi.

Kasus gizi buruk memang kerap ditemui di wilayah Jakarta Barat. Pada tahun 2011 terdapat 17 kasus gizi buruk dengan predikat kurus sekali dan 330 kurus. Ditemukan pada bayi dan balita 1-5 tahun. “Namun, angka itu terbilang kecil melihat tingkat kelahiran pada tahun yang sama sebayak 35.000, dan jumlah balita pada tahun 2011 sebanyak 199.916 jiwa di Jakarta Barat. kasus gizi buruk paling banyak ditemukan di Cengkareng,” tuturnya.

(spt/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads