"Gejala distrust rakyat terhadap parpol karena parpol belum menampilkan fungsi semestinya," kata Ketua CDCC Din Syamsuddin dalam acara rountable discussion proyeksi Pemilu 2014 pertajuk 'Distrust Rakyat pada partai Politik' yang diselenggarakan CDCC, di di Kantor CDCC di Jl Kemiri No 24, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (20/2/2013).
Terlebih saat ini semakin banyak kader parpol yang tersangkut kasus korupsi. Baik parpol nasionalis maupun religius, di mata rakyat sama saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fenomena kutu loncat juga membuat rakyat semakin tidak percaya dengan parpol. Wakil rakyat yang telah mereka pilih ternyata loncat sana-sini untuk mengamankan kursinya di DPR.
"Kutu loncat menjadi hal yang biasa. Hal ini juga yang membuat kepercayaan publik kian menurun," kata mantan Wasekjen Partai NasDem, Endang Tirtanam, yang juga hadir di diskusi meja bundar tersebut.
Sementara anggota Komisi III DPR dari Partai Golkar Bambang Soesatyo melihat distrust terhadap parpol sudah terjadi sejak 1999 lalu. Masyarakat, menurut Wakil Bendahara Umum Partai Golkar ini sudah apatis terhadap janji parpol yang lebih sibuk mengumpulkan modal untuk kampanye.
"Partai yang menang akan habis-habisan mencari dana, itu yang terlihat sekarang. Mengumpulkan uang untuk bisa menang Pemilu ke depan, sistem membuat parpol tidak main bersih," ungkap Bambang.
Pengamat politik Alfan Alfian yang hadir di diskusi melihat prospek golput di Pemilu 2014 cukup tinggi karena tingkat kepercayaan publik terhadap parpol turun drastis.
"Prospek tingkat pemilih 2014 suram, reaksi anti partai sudah sangat terasa, lazimnya ditunjukkan dengan tidak memilih," ungkapnya.
Pemimpin redaksi detikcom Arifin Asydhad menilai penyebab distrust tersebut karena parpol sudah mengalami disorientasi. Yang dipertontonkan saat ini adalah harta dan kekuasaan.
"Para politisi yang terkait korupsi juga dengan perempuan dan ini yang dipertontonkan kepada masyarakat. Politisi harus menjadi baik terus, satu mata rantai secara serius," katanya.
Hanya ada satu jalan untuk memulihkan kepercayaan publik kepada parpol. "Parpol harus kembali kepada orientasi pada rakyat, dalam waktu singkat memungkinkan tokoh baru yang bisa menaikkan partisipasi rakyat dalam Pemilu. Memang perlu jangka panjang untuk meningkatkan partisipasi politik," sarannya.
(van/nrl)