"Itu yang saya bilang. Kalau kita nggak bikin sistem online di rumah sakit. Semua RS atau apa itu harus dengan sistem online," jelas Wabug DKI Basuki T Purnama atau Ahok saat ditemui di balai kota DKI, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (18/2/2013).
Dera lahir kembar pada Senin (11/2). Saudari kembarnya Dara sehat, tetapi Dera perlu perawatan karena tak bisa menelan. Dokter merujuk ke rumah sakit besar di Jakarta. Sang ayah Elias pun bergerak, tetapi tak juga mendapatkan tempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ahok juga ketika mengirim rujukan ke rumah sakit, sebaiknya memakai ambulans. Kemudian dibekali data yang cukup, rumah sakit mana yang kosong.
"Sampai sini penuh, sampai sini penuh, nggak mungkin cabut kan. Misalnya orang ICU, kemudian penuh, RS tolak. Masak orang yang sudah dipasangin ICU, dicopoti bisa mati dong. Ya logika itu," imbuhnya.
Menurut Ahok dengan sistem online, karenanya disiapkan nomor 119. "Info kelihatan RS mana yang kosong, nah orang ini diantar kesana. Sebelum itu tidak ada, susah," jelasnya.
Apabila terdata secara online maka jelas di rumah sakit mana yang kosong, mulai dari kelas 3 hingga kelas yang lain. Tak akan ada yang namanya saling lempar.
"Kalau penuh kan kasihan orangnya kan. Sudah meninggal waktunya habis," tuturnya.
Untuk perawatan di rumah sakit, dengan kartu Jakarta Sehat sudah ada 85 rumah sakit yang bekerja sama. Tapi, Ahok kembali menyinggung, persoalannya bukan soal pada jaminan asuransi kesehatan, tetapi soal kapasitas rumah sakit.
"Jumlah penduduk DKI Jakarta dengan RS yang ada itu tidak sesuai, kita mau mainnya di kelas 3. UU hanya mengatur 25 persen kelas 3, 75 persen kelas yang lain. Kalau kita hitung sampai setengah orang Jakarta tidak mampu berobat, berarti rata-rata mereka mau di kelas 3, nah ini yang membuat kekurangan. Makanya kita harus dorong swasta untuk update ada klas 3 2 1," tegasnya.
(jor/ndr)