Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute, Hanta Yuda, memprediksikan 3 skenario yang mungkin terjadi dalam rapimnas nanti.
"Memang rapimnas ini kita belum bisa menduga. Jadi saya hanya bisa membaca. Ada beberapa kemungkinan," ujar Hanta dalam diskusi Sindo Radio bertema "Tsunami Demokrat" di Warung Daun kafe, Cikini, Jakarta, Sabtu (16/2/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menyusun orangnya siapa. Ini loyalis siapa," katanya.
Kedua, kedua faksi akan tetap bertahan bahkan saling menyerang. Terjadi kompetisi, jika bukan dikatakan 'perang'. Namun menurutnya, kompetisi ini bersifat terselubung. Dengan catatan jika posisi Anas masih kuat mendapat dukungan grass root.
Menurut dia, kompetisi terselubung ini seperti yang terjadi pasca kongres PD di Bandung tahun 2010 lalu.
"Karena kalau ngomong politik, itu artinya bicara pengaruh. Legitimasi itu kan pengaruh politik. Dua kubu ini berkompetisi memperebutkan pengaruh," imbuh Hanta.
Ketiga, lanjut dia, perang terbuka atau semacam Kongres Luar Biasa (KLB). Jika dua-duanya kuat, KLB akan diusulkan digelar dan dijadikan alat untuk saling menjatuhkan, digunakan melengserkan Anas, atau sebaliknya.
"Jika ini yang terjadi, semua akan habis-habisan memperjuangkan faksinya masing-masing," cetus Hanta.
Namun demikian, Hanta mengatakan yang terpenting adalah bagaimana mendamaikan figur yang kuat dengan agenda institusionalisasi partai. Kisruh internal harus menjadi momentum untuk membuat perlembagaan partai Demokrat menjadi lebih kuat.
"Jadi jika ingin ini, maka sebaiknya dua faksi menempuh win win solution. SBY setelah ini harus menyiapkan agenda-agenda baru untuk melembagakan partai. Agar tetap kokoh untuk pemilu-pemilu berikut," pungkasnya.
(rmd/ndr)