"Untuk LED-nya kami yang sediakan, kamu mau ngiklan pasang ke kami. Bayarnya per detik tapi lebih murah dari televisi," kata Ahok di kantornya, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (13/2/2012).
Dengan pembayaran berbasis per detik durasi, maka Pemprov DKI Jakarta selaku pemilik layar LED akan berlibat pemasukannya. Jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan billboard yang dihitung per papan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Orang mau kampanye tidak keluar biaya. Siapkan saja production house, mau ngomong apa, berapa menit, kita pasangin gratis," jawab Ahok.
Rencana ini disebut mirip dengan tayangan iklan televisi pada umumnya. Hanya saja iklan di LED ini diletakan di ruang publik atau jalan-jalan.
"Sama seperti TV kabel, tapi di luar ruangan. Tarik kabelnya dari mana? Dari kabel-kabel fiber optic," ujar Ahok.
Ahok sendiri mengaku pemerintah provinsi DKI Jakarta sudah siap dengan rencana ini. Sejumlah perusahaan pun akan dimintai bantuan untuk jaringan fiber opticnya.
"Sudah siap kan kita. Ada 5 sampai 6 perusahaan yang punya fiber optic, todongin saja suruh mereka nyambungin ke bisnis ini kan," ujar Ahok.
Pemasangan LED ini direncanakan akan dilakukan di bus, halte, dan gedung-gedung. Sehingga billboard atau baliho bisa diminimalisir dan memberikan pemandangan yang lebih bersahabat.
"Di bus boleh, di halte boleh, dan di gedung-gedung boleh. Jadi tidak ada lagi billboard di jalanan, rapi," ucap Ahok.
Ahok pun berencana mencabut baliho atau billboard yang besar setelah perizinannya habis. Ia juga menginstruksikan tidak ada lagi perizinan baru untuk baliho atau billboard berukuran besar.
"Kemarin pun saya sudah instruksikan, tidak ada lagi disambung dan yang lelang. Kalau sudah selesai kontraknya, tidak sambung lagi. Makanya kita sudah hentikan lelang. Tapi kan kecil-kecil masih ada, tapi yang gede-gede tidak boleh lagi. Kita nggak bisa cabut langsung, kan mereka sudah bayar pajak. Kalau dia tahun depan selesai, ya," tutup Ahok.
(jor/lh)