"Dia bilang pada kami bahwa dia akan pergi membeli makan malam untuk anak-anak. Kemudian kami mencari dia di rumah, dan menemukan dia gantung diri di lantai atas," kata istri pria tersebut, Rima Bakkar yang terguncang begitu menemukan suaminya telah tak bernyawa.
Mohammed Melsi tadinya tinggal di kamp pengungsi Palestina, Yarmuk di sebelah selatan Damaskus, ibukota Suriah. Pria berumur 35 tahun itu termasuk di antara ribuan orang yang meninggalkan Damaskus untuk mencari perlindungan ke Libanon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mohammed sangat menderita belakangan ini dan dia sangat kecewa atas kurangnya peluang di kamp ini. Dia mencoba mencari nafkah untuk menghidupi kami, namun gagal," tutur Rima.
"Kondisi psikologis Mohammed memburuk setelah dia tak mampu membayar uang sewa rumah kami atau membeli susu dan obat-obat asma untuk bayi kami yang berusia delapan bulan," ujar Rima kepada AFP, Kamis (17/1/2013).
Melsi yang berasal dari provinsi Idlib, Suriah barat daya itu, pindah ke kamp Yarmuk tempat dirinya bekerja di sebuah pabrik tekstil. Namun beberapa pekan terakhir, pertempuran ganas antara para pemberontak dan tentara pemerintah telah melanda kamp tersebut. Belum lagi ditambah serangan-serangan udara yang terus terjadi. Akibatnya, puluhan ribu orang kabur termasuk Melsi.
(ita/nrl)