"Di tengah krisis kepemimpinan parpol, para pemimpin, wakil rakyat, dan para politisi di dalam struktur kekuasaan, relatif belum ada tawaran atau agenda alternatif yang signifikan dari kekuatan civil society, khususnya kelas menengah," ujarnya.
Hal ini disampaikan Syamsuddin dalam acara Seminar Budaya Politik Indonesia dan Kelas Menengah di Hotel Gren Alia, Jl Cikini Raya No. 46, Jakarta Pusat, Sabtu (29/12/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kelas menengah terdidik bukan hanya relatif sedikit secara jumlah, melainkan juga cenderung terpolarisasi," tambah Syamsuddin.
Kuncinya, menurut Syamsuddin harus ada kerjasama dan konsolidasi elemen civil society. Perubahan harus dilakukan kelas menengah karena mereka yang bertanggungjawab untuk melakukan perubahan.
(gah/gah)