"Ya nggak takut kalau lewat, biasa saja," kata Ibrahim yang ditemui detikcom, Rabu (5/12/2012).
Ibrahim mengaku keberaniannya melintasi jembatan itu hanya ketika tak ada hujan. Lain urusan bila hujan deras turun. Dia memilih menghindar, melalui jalan memutar yang lebih jauh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jembatan yang dibangun dengan merajut 600 batang bambu itu memang licin kala hujan. Masih ada lubang-lubang di sela-sela bambu. Pengelola jembatan Markusin pun menutup beberapa lubang dengan seng.
"Ya di sini jembatannya aman. Cuma paling terperosok saja," timpal Markusin.
Ibrahim dan juga pelajar yang lain mau tidak mau mesti lewat jembatan itu jika ingin lekas sampai tujuan. Bocah itu terpaksa menikmati jembatan yang jauh lebih tua dari usianya. Jembatan itu berusia 30 tahun dan direnovasi 2 kali. Bila tak ada jembatan, warga mesti memutar yang lebih jauh jaraknya atau naik ojek dengan ongkos Rp 20 ribu.
"Saya dan teman-teman sudah biasa lewat jembatan itu," ucap Ibrahim sambil berlari melintas jembatan.
(ndr/nrl)