"Saya pikir Indonesia telah melakukan keputusan yang tepat saat itu. Saya pikir dalam melihat masalah Timor Timur saat itu lihatlah masa lampau, lihat sekarang dan lihatlah masa depan," ujar Prof Dr Bridget Welsh, Associated Professor Singapore Management University, dalam bahasa Inggris.
Welsh merupakan salah satu penulis buku bertajuk 'Demokrasi Take Off?: The BJ Habibie Period'. Dia mengatakan hal itu dalam bedah buku di Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta, Rabu (28/11/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Welsh sempat bertanya pada Habibie alasan pelepasan Timor Timur.
"Saya tanya Habibie mengapa melepaskan Timor Timur apakah itu satu kesalahan. Dia menjawab bahwa persoalan ini pasti akan menimbulkan risiko yang signifikan. Maka ini membutuhkan suatu keputusan yang independen. Dalam buku ini hal tersebut akan diulas," kata dia.
Setelah melepaskan diri dari Indonesia, lanjut Welsh, demokrasi di Timor Timur berkembang. Bahkan representasi perempuan di sana melebihi Indonesia.
"Meskipun ekonomi di sana sedang berjuang untuk tumbuh," tutur Welsh.
Menurut Welsh, buku tentang pelepasan Timor Timur itu mengingatkan kita bahwa masih banyak negara lain yang sedang membangun demokrasi. Dia pun mencontohkan Myanmar.
"Minggu lalu saya ke Myanmar. Di sana mereka masih menghadapi isu desentralisasi, keterbukaan pers dan demokrasi," ucap Welsh.
(nik/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini