"Demikianlah opini publik mengenai wajah dunia peradilan di Indonesia yang telah terpatri dan hingga hari ini belum dirasakan perubahannya. Kita (hakim) tidak boleh putus asa, harus ada tekad bersama untuk memperbaiki citra buruk tersebut," kata Ansyahrul.
Hal ini dituangkan dalam buku terbaru Ansyahrul, "Pemuliaan Peradilan" terbitan Mahkamah Agung (MA) halaman 135 yang dikutip detikcom, Selasa (27/11/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ternyata dunia peradilan tidak dapat mengambil peran dalam momentum tersebut. Bahkan sebalinya, dalam kondisi bangsa yang mengalami krisis di berbagai bidang, justru aparat pengadilan punya andil untuk memperparah krisis tersebut," ungkap alumnus Universitas Indonesia (UI) angkatan 1970 ini.
Seakan sepakat dengan berbagai analisa para ahli hukum di berbagai media massa, Ansyahrul mengakui solusi lembaga peradilan ada di tangan aparat peradilan sendiri. Dibutuhkan kebulatan tekat untuk memperbaiki citra peradilan dengan mengubah mind set (pola pikir) dan pola tingkah laku serta etos kerja. Tapi Ansyahrul menyayangkan pengawasan internal yang lancar didengungkan sejak 5 tahun terakhir oleh Mahkamah Agung (MA).
"Berbagai tindakan penertiban telah dilakukan, ratusan personel dikenai hukuman disiplin, namun bak menggantung asap dan membenahi dunia peradilan serasa bagaikan mengejar bayang-bayang. Semakin dikejar semakin jauh," cetus Ansyahrul dalam buku setebal 457 ini.
"Ini bukan sikap pesimis namun kesimpulan tentang kondisi objektif yang tengah kita hadapi agar tidak menyesatkan dalam menentukan strategi dan terapi yang dilakukan," pungkas hakim yang menjadi Ketua Pengadilan Tinggi Jakarta sejak 2009 lalu.
(asp/nrl)