Kisah Mencekam dan Detik-detik Terakhir Kecelakaan Maut di Baturaden

Kisah Mencekam dan Detik-detik Terakhir Kecelakaan Maut di Baturaden

- detikNews
Senin, 05 Nov 2012 15:29 WIB
Vatika dituntun rekannya menuju peti jenazah Novi (angling adhitya p/detikcom)
Semarang - Kecelakaan bus Raharja bernopol AB 2586 AC hari Minggu (4/11/2012) sore kemarin menyisakan trauma pada penumpang yang selamat dari peristiwa tersebut. Salah satu penumpang selamat dari Fakultas Kedokteran (FK) Undip, Vatika Fajar Wiyati (18) menceritakan detik-detik terjadinya kecelakaan yang menyebabkan enam orang tewas itu.

Awalnya Vatika dan rombongan Ikatan Mahasiswa Kedokteran Muslim Indonesia menghadiri acara Seminar Seminar Nasional yang digelar UKKI Fakultas Kedokteran Unsoed usai dari Gedung Roediro Unsoed sejak hari Jumat (2/11). Lalu hari Minggu (4/11) kemarin, rombongan melanjutkan acar dengan city tour dari Baturaden. Namun sepulang dari Baturaden, peristiwa nahas tersebut terjadi.

"Setelah keluar dari gerbang Baturaden, kami sempat tertidur kira-kira 15 menit. Tiba-tiba keadaan panik, bus yang kami kendarai meluncur di turunan tanpa mengurangi kecepatan," kata Vatika usai melakukan doa bersama di gedung serba guna FK Undip untuk dua rekannya yang tewas, Senin (5/11/2012).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suasana di dalam bus yang awalnya tenang berubah mencekam. Para mahasiswa saling berpelukan dengan teman sebangkunya dan bertakbir. Kernet bus yang panik berlari ke bagian belakang bus, sementara dua mahasiswi Undip yang tewas yaitu Novitia Lutfiatul Khoriyah (19) dan Esti Ilma Zakiya (18) masih duduk di belakang sopir yang berusaha mengendalikan busnya.

"Rem busnya blong. Dari bus meluncur ke bawah sampai akhirnya bus berhenti ada sekitar lima menit. Suasana mencekam, semua bertakbir. Kami juga sempat melihat Novi dan Esti berpelukan," tutur Vatika.

Sementara itu, teman yang duduk di sebelah Vatika saat kejadian, Rhe Aulia (18) sempat berusaha memanggil dua korban meninggal dengan teriakan dan menghubungi telepon selulernya, namun karena suasana yang panik, panggilan tersebut tidak ditanggapi.

"Saya sudah mencoba memanggil Novi dan Esti tapi mereka tidak dengar, lalu saya coba telepon Novi tapi tidak diangkat. Saya ingin menyuruh mereka untuk mundur ke kursi bagian belakang," imbuh Rhea.

Kernet bus, Fery Budiyanto saat kondisi jalan menurun sempat menyuruh penumpang untuk istigfar. Penumpang pun semakin panik.

Sopir bus yang sudah kehilangan kendali kendaraannya langsung membanting kemudinya ke kiri hingga menabrak tembok bengkel. Setelah menabrak tembok, kernet bus berlari ke arah belakang.

"Kernetnya lari ke belakang tapi tidak mengajak penumpang lainnya," kata Vatika.

Bus yang masih melaju kemudian menabrak sebuah Isuzu Panther bernopol R 8569 SB hingga terseret dan menabrak tembok. Laju bus masih tidak bisa dikendalikan hingga menghantam sepeda motor Yamaha Mio bernopol R 4986 JA dan sebuah gerobak yang ada di belakang Panther. Sebuah motor Honda Revo juga jadi korban dan berakhir dengan menabrak 3 buah pohon Palem.

"Setelah berhenti, saya berdiri dan mendengar ada yang berteriak 'ada yang meninggal dari Undip'. Saya berusaha berjalan ke bagan depan bus tapi jenazah tidak terlihat kemungkinan saat itu sudah dilarikan ke RS," jelas Vatika.

Kecelakaan maut itu menelan 6 korban jiwa, yakni Novitia Lutfiatul Qhoiriah (19) mahasiswa Undip, Esti Nuha Ilmazakia (18) mahasiswa Undip, Ari Permadi (35) warga Desa Banjarsari, Nusawungu, Cilacap, Kuswandi (sopir bus), Haya Inas Zafira (19), warga Rempoah Baturraden, Banyumas, dan Siti Hariyati (40).


(alg/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads