Saatnya Indonesia Bidik Rusia Melalui Vladivostok
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Saatnya Indonesia Bidik Rusia Melalui Vladivostok

Minggu, 16 Sep 2012 17:28 WIB
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Jakarta - Pertemuan para pemimpin Ekonomi APEC telah diselenggarakan belum lama ini di Vladivostok, Rusia, 8-9 September 2012. Konferensi Tingkat Tinggi dihadiri Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.

Berbagai isu penting telah dibahas dalam KTT tersebut. Misalnya saja liberalisasi perdagangan dan investasi, integrasi ekonomi regional, peningkatan ketahanan pangan, pembangunan rantai pasokan yang diandalkan dan kerja sama intensif untuk mendorong pertumbuhan inovatif.

Banyak peluang yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan nasional dari KTT ini. Akan tetapi, tergantung dari bagaimana kita memanfaatkan peluang-peluang tersebut yang tidak hanya bagi kerja sama di kawasan Asia Pasifik, tetapi juga kerja sama antara Indonesia dengan Rusia melalui wilayah Timur Jauh ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam beberapa tahun terakhir hubungan Indonesia dengan wilayah paling timur Rusia ini cukup berkembang. Dengan melihat potensi yang besar baik yang dimiliki Indonesia maupun Primorsky Krai yang beribukota di Vladivostok. Kerja sama dapat terus ditingkatkan, seperti di bidang ekonomi, perdagangan, pariwisata, pendidikan dan budaya, termasuk bidang perkapalan dan kelautan.

Dengan pembangunan infrastruktur yang berkembang pesat saat ini, Vladivostok akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi wilayah Timur Jauh Rusia dan jembatan Rusia ke Asia Pasifik. Wilayah ini tidak jauh dari kawasan pertumbuhan ekonomi Asia Timur dan sangat dekat dengan pusat-pusat perkembangan ekonomi APEC, seperti China, Jepang dan Korea.

Pertumbuhan ekonomi Timur Jauh Rusia ini ditunjang dengan potensi yang dimiliki, seperti minyak, pabrik pembuatan dan perbaikan kapal laut, dan pabrik-pabrik yang memproduksi hasil-hasil laut. Ekspor utama wilayah ini adalah ikan dan produk-produk laut, ukiran kayu, baja, serta kapal.

Sementara itu, yang menjadi impor utamanya adalah produk-produk makanan, obat-obatan, pakaian, tekstil, sepatu dan elektronik, serta peralatan rumah tangga. Negara-negara pengekspor utama ke wilayah ini adalah Jepang, Korea dan China. Di antara negara ASEAN adalah Thailand dan Vietnam.

Pertumbuhan ekonomi wilayah Primorsky Krai yang berpenduduk hampir 2 juta orang ini dapat dilihat antara lain dari investasi. Pada tahun 2011 investasi asing di Primorsky Krai tercatat US$ 80,8 juta atau meningkat 70,7 persen dibandingkan tahun 2010.

Perkembangan ekonomi Primorsky Krai ditunjang pula oleh pelabuhan 'Kozmino' yang merupakan pelabuhan khusus saluran minyak melalui jalur laut yang menghubungkan jalur 'Siberia Timur-Samudera Pasifik'. Pada tahun 2011 volume ekspor minyak melalui jalur tersebut sebesar 15,199 juta ton minyak.

Dalam catatan ekspor tahun lalu, jumlah minyak yang diekspor ke Amerika Serikat sebanyak 27%, Jepang (19%), China (18%), Korea Utara (13%), Filipina (9%), Thailand (7%), Singapura (4%). Sementara itu, Peru, India dan Indonesia masing-masing 1%.

Dengan demikian, penting bagi Indonesia untuk mengembangkan kerjasama dengan Vladivostok, mengingat kota ini dapat dijadikan pintu gerbang ke Rusia, khususnya bagian tengah dan timur, serta negara-negara sekitarnya, termasuk ke Eropa. Dari segi geografis, Vladivostok lebih dekat ke Indonesia dibanding Moskow atau St Petersburg.

Salah satu negara di kawasan ASEAN yang aktif membidik peluang kerjasama dengan Rusia, termasuk wilayah Timur Jauh Rusia ini adalah Vietnam. Pada tahun 2012 Rusia bergabung dalam 76 proyek di Vietnam dengan nilai US$ 1 miliar, sedangkan Vietnam berinvestasi di 16 proyek Rusia senilai US$ 1,5 miliar.

Di wilayah Timur Jauh Rusia, Vietnam membidik bekerjasama dalam berbagai proyek, seperti pembuatan kapal terbang dan kapal laut, pertambangan, budidaya perairan dan pengolahan ikan. Sejak awal tahun 2012 volume perdagangan Vietnam dengan Primorsky Krai tercatat US$ 24,8 juta atau meningkat sebesar 5% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Indonesia dapat memanfaatkan peluang-peluang sebagaimana yang dibidik Vietnam ini. Kebutuhan wilayah Timur Jauh Rusia akan produk-produk makanan, obat-obatan, pakaian, tekstil, sepatu dan elektronik, serta peralatan rumah tangga dapat dipenuhi oleh Indonesia.

Dalam 10 tahun terakhir volume perdagangan Indonesia dengan Primorsky Krai meningkat 24 kali lipat. Akan tetapi belum menunjukan angka yang maksimal dengan potensi yang dimiliki. Pada tahun 2011 tercatat US$ 11,9 juta, dari keseluruhan volume perdagangan Indonesia-Rusia yang mencapai US$ 2 miliar. Jumlah ini cukup kecil jika dibandingkan dengan volume perdagangan Primorsky Krai dengan negara di kawasan Asia Pasifik, seperti Korea Selatan sebesar US$ 1,6 miliar, Jepang sebesar US$ 734,3 juta, India sebesar US$15,8 juta, serta Vietnam itu sendiri dari ASEAN.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus Djauhari Oratmangun menekankan pentingnya memanfaatkan peluang-peluang yang dimiliki Indonesia dan Rusia di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi ini. Menurut Duta Besar Djauhari Oratmangun, perlunya ada kerja sama erat dan peran aktif dari berbagai pihak, baik pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat itu sendiri sehingga target volume perdagangan Indonesia dan Rusia sebesar US$ 5 miliar hingga tahun 2015 dapat tercapai. Vladivostok dan wilayah Timur Jauh Rusia pada umumnya memiliki potensi besar dalam peningkatan kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi yang perlu ditangani secara khusus.

*) Enjay Diana, diplomat RI di Moskow.

(vit/vit)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads